Bandung, 2005
“Anis!!!, Anisa!!!,”
“Iya, ma!”. Seorang gadis kecil berumur 12 berlari-lari kecil menuju dapur menemui ibunya.
“Kamu bantu ibu ya!,”
“kok ibu masaknya banyak sih?,”
“kamu belum tahu ya Nis, Om Tio kan hari ini dateng dari Jakarta”
“Om Tio yang bos bapak itu?,”
“Iya, sama anaknya juga lho!!!,”
“Om Tio itu aneh ya bu, “
“Aneh kenapa nis?,”
“kan om Tio orang kaya tuh, kok tiap ke Bandung pasti nginap di rumah kita.,”
“Kamu enggak senang Om Tio tinggal di sini?,”
“Enggak bukan gitu, aneh aja,”
“Om Tio kan deket banget sama bapakmu, katanya kalau diam di sini dia merasa seperti rumah sendiri,”.
Anisa hanya tersenyum kecil.
Jam 09.00 sebuah mobil jeep memasuki halaman rumah.
“Om Tio!!!” seru Anisa sambil berlari-lari kecil memeluk Om Tio. Karena Om Tio memang sering menginap di rumah mereka Anisa telah menganggap Om Tio sebagai Pamannya.
“Ragon!!!, sini!!!,” Om Tio memanggil seseorang dari dalam mobil. Anisa mengernyidtkan dahinya, nama yang enh pikirnya. Seorang anak laki-laki yang mungkin 2 tahun lebih tua dari Anisa keluar dari mobil, ekspresinya datar.
“Anisa, ini anak Om, namanya Eragon. Eragon, ini Anisa,”. Anisa mengulurkan tangannya, Eragon menyambutnya dengan dingin. Anisa terus tersenyum, pikirnya Eragon pasti sedang kecapean senhingga tingkahnya aneh begitu. Ternyata pikiran Anisa salah, hingga malam Eragon diam seribu bahasa.
***
“Meong, meong,”.
“Chucky, sini chucky!!!, kita main ya!!!,” Anisa mengelus kucing kesayangannya.
“Meong, Meong,”.
“ih, kamu tu yah!!! Ayo dong main sama aku,”. Tanpa ia sadari Eragon sejak tadi berdiri di belakanganya.
“Itu kucing kamu?,” tanya Eragon pelan.
“Iya, ini kucingku, kamu suka kucing juga?,”. Eragon mengangguk pelan lalu meninggalkan Anisa dan kucingnya.
“Aneh ya anak itu,” Anisa kembali berbicara dengan kucingnya.
“Meong, meong, meong, meong,” Chucky melompat dari pangkuan Anisa dan mengejar Eragon. Anisa mengikuti perlahan. Dilihatnya Chcuky naik ke pangkuan Eragon yang sedang sendiri di taman. Kalau pagi seperti ini yang tinggal di Rumah hanya Eragon dan Anisa. Kaum bapak mengurusi proyek, sedangkan ibu Anisa harus mengajar, ia seorang guru.
Eragon mengelus-ngelus Chucky, matanya menerawang memandang langit. Entah apa yang dipikirkannya. Anisa mengintip dari balik pintu.
“Anak cewek kok ngontip gitu, gak baik tau!,” seru Eragon. Anisa keluar dari balik pintu dengan raut muka merah padam. Ia tak menyangka, kalau Eragon menyadari Anisa mengamatinya,
“Maaf, a..a..aku enggak mau ganggu kamu,”. Eragon tersenyum, senyum yang indah sekali. Senyjm pertama yang ia perlihatkan sejak datang ke rumah itu.
“Enggak apa-apa kok, maaf aku bersifat dingin pada kalian semua di rumah ini,”.
“Iya enggak apa-apa kok kak,” Anisa membalasa senyum.
“kamu kelas berapa?,”
“Kelas enam kak,kakak?,”
“kelas 2 SMP!!,” jawabnya singkat.
Sejak hari itu, Eragon mulai akrab dengan Anisa. Namun Anisa tetap bingung dengan perubahan Eragon yang tiba-tiba. Ia tak berani bertanya karena takut Eragon tersinggung.
***
Eragon kadang pendiam, di waktu lain bisa sangat menyenangkan. Baggi Anisa Eragon bukan manusia biasa. Manusia yang misterius namun menyenangkan. Kini setiap liburan Eragon selalu ikut ayahnya jika ke Bandung. Di waktu lain, Anisa yang ikut ayahnya berkunjung ke Jakarta. Kalau sedang bersama Kedekatannya keduanya bagaikan kakak beradik. Dimana ada Anisa di situ Eragon, dimana adaEragon disitu ada eragon.
“kau tahu, aku tak pernah karab dengan siapapun selain kamu?,” tanya Eragon
“benarkah?, kok gitu?,”
“sejak kecil, aku memang tidak pernah bergaul dengan anak-anak lain. Aku hidup dengan kesendirianku,”
“lalu?,”
“lalu kau mengenalmu, dan aku menemukan keramahan dalam dirimu. Walaupun aku cuek sama kamu, kamu tetap baik sama aku. Kau mengajarkan betatap berarti sahabat,”. Anisa termenung.
“Anisa, kamu mau kan tetap menjadi sahabtaku sampai kapanpun?,”. anisa mengangguk.
“Cie..cie..cie pacaran niye!!!,” meline, adik Eragon yang berusia 11 tahun tiba-tiba muncul di belakang mereka.
“Apaan sih kamu, ganggu aja,” Eragon kesal
“kakak , sama adikmu gak boleh gitu ih,, sini Mel main sama kakak yuk,”
“Ye.. kak Anisa belain Meline tuh , Weee” Meline menjulurkan lidahnya pada Eragon sambil berlari menarik tangan Anisa.
“ih, kamu ya,” Eragon hendak mengejar Meline namun Anisa menenangkannya.
***
Sore Hari, Bandung, 23 Mei 2006
“Kriiiiiing”, Dering telepon memecah kesunyian sore. Ibu Anisa mengangkat Telepon.
“Iya Hallo,”. Sambutnya
“Apa? Innalillahwainnailaihiraji’iun”
“Iya, iya, papa hati-hati ya dijalan!!,”.
“ada apa ma?,” tanya Anisa yang sejak dari tadi mengamati dari jauh.
“Ayahmu tidak pulang, papamu langsung pergi melayat ke Jakarta,”.
“Memangnya ada apa?,” Tanya Anisa Penasaran
“Om Tio sekeluarga mengalami kecelakaan maut,”
“Eragon?,”
“Eragon ikut beserta ayah ibunya, hanya Meline yang tinggal di rumah,”. Anisa berlari masuk ke kamar. Ia tak mampu menahan tangis.
Bersambung
Selasa, 02 Agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar