"Anisa!," sebuah suara memeikik dari seberang sana. beberapa menit yang lalu hape anisa berdering, Cherly menelepon.
"Ada apa cher?," Anisa tampak khawatir. dari nada suara cherly ia tahu ada masalah. Lagipula ini sudah malam, tidak mungkin cherly menelponnya untuk hal yang remeh temeh.
"Wenda Nis, Wenda," Cherly masih belum mampu mengontrol emosinya.
"Iya, ada apa dengan Wenda?" Anisa tambah khawatir.
"Wenda sekarang di rumah sakit, ia mencoba bunuh diri Nis,"
"Bunuh diri? Ada apa kok sampai bunuh diri?" Anisa tak habis pikir. Sahabatanya yang bertahun-tahun dikenalnya tiba-tiba mencoba bunuh diri. Pasti ada sesuatu yang sangat menekan batinnya.
"Ceritanya panjang Nis, aku gak bisa nyeritainnya sekarang,"
"Oke, kamu sHujan ekarang dimana?,"
"Aku dan temen temen lain udah di rumah sakit, Rumah sakit yang sama tempat merawat Era waktu itu,"
"Oke, aku ke sana Cher," anisa segera bergegas untuk bergabung dengan teman-temannya yang sedang menunggui Wenda. Sesungguhnya perasaannya belum pulih sempurna, tapi baginya seorang sahabat tetaplah lebih berharga.
***
Hujan mulai turun membasahi kota jakarta. Ribuan tetes air hujan berguguran dari angkasa. Sebuah Taxi biru melaju di tengah malam menyusuri jalanan Jakarta yang lengang. Di kursi belakang tampak seorang gadis yang sedang gelisah. Berkali-kali ia melihat jam tangan dan menyuruh sang supir untuk mempercepat laju kendaraan.'Pak, cepetan ya pak," Pinta Anisa
"Iya mbak, ini juga sudah maksimal. Kalau lebih cepat lagi bahaya lho mbak," . anisa terus memasang wajah gelisah. Semua kegalauannya tentang eragon seperti lesap diterbangkan angin. Satu-satunya yang ada di kepalanya adalah Wenda. Jarum jam seakan berputar begitu lambat, belum lama ia duduk di kursi taksi, namun sudah lebih dari sejam ia merasa duduk disana. Bekali-kali ia meminta sang supir mempercepat laju kendaraan, namun sang supir tetap tidak mengabulkannya.
"Pak, tolonglah. saya harus cepat sampai ke rumah sakit,"
"Mbak liat sendiri kan, hujan begitu deras. Saya tidak dapat melihat jalan dengan baik, lagipula jalanan licin. Saya tidak berani menanggung resiko.,"
"Saya tidak peduli pak, saya harus cepat sampai di sana," pekik anisa. Airmatanya tumpah, tak kalah de Wenda. sang sopir hanya menggeleng seraya menginjak gas lebih keras.
"Brak" Sebuah suara mendengung di telinga Anisa, Tiba-tiba semua menjadi gelap.
***
Anisa mencoba membuka mata, silau. Cahaya matahri menembus ventilasi tepat di depan tempat ia berbaring. Seorang pria muda tampak duduk membelakanginya.
"Kamu sudah bangun Anisa?,". Anisa sangat mengenal suara itu, ia menggeleng gelengkan kepalanya tidak percaya.
"Kok diam? Kamu baik baik saja kan?,". Anisa tetap diam. Pria itu membalik badannya, bayang-bayangnya jatuh tepat menimpa anisa. anisa tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas, tapi ia jelas tahu siapa yang berdiri di hadapannya.
Bersambung
4 komentar:
ditunggu eps berikutnya !
good luck !
yeah, apik pisan. Lanjutkan
Lanjutkannnn seru bgt ceritanyaaaaa
Di tunggu next eps nya ...... good luck ^ o ^
Posting Komentar