Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Sabtu, 09 Juni 2012

Chibi's Diary Episode #14



“Kamu, kamu Eragon kan?,” Anisa memastikan pria yang berdiri di depannya adalah Eragon. Ia sangat akrab dengan wajah itu.

“Kalau iya kenapa?, kamu mau marah?, marah karena aku meningalkanmu?,” . Anisa terisak, semua rasa berkecamuk di dadanya. Antara bahagia atau bingung, silih berganti. Bagaimana mungkin Eragon yang makamnya sering ia kunjungi hari ini berdiri di depannya. Kalau Eragon masih hidup, siapa yang dimakamkannya di sana?.

“Maafkan aku Anisa,” Eragon hendak beranjak namun dengan cepat anisa meraih tangannya.

“Tungu! Kamu belum menjelaskan apa yang sudah terjadi,”

“Apakah itu penting? Tidak itu tidak penting. Cukuplah kamu tahu aku masih ada,”

“Tidak Eragon, itu tidak cukup. Semua tidak akan kembali semula bila kamu tidak menceritakan apa yang terjadi kepadaku. Bagaimana aku harus menerimamu tanpa mengetahui alasan yang logis kamu meninggalkanku?,” Anisa terus menggenggam lengan tangan eragon erat. Ia mulai menangis.

“Anisa, percayalah aku punya alasan yang benar meninggalkanmu saat itu,” Eragon meyakinkan, ditatapnya Mata Anisa dalam. Ia menyeka  buliran air mata yang mengalir di pipi Anisa pelan.

“Bagaimana Aku tau itu benar kalau kamu tidak bercerita?” Anisa tidak tahan untuk tidak memeluk Eragon. Dipeluknya eragon erat, erat sekali seakan tak ingin melepaskannya sebagaimana ia tak ingin kehilangan Eragon lagi. Eragon membalas pelukan Anisa dengan hangat, dikecupnya kening Anisa berkali-kali. Anisa terus menangis dalam pelukan Eragon, entah tangis bahagia atau luka karena ditinggalkan begitu lama.

“Aku akan Cerita, nanti,” Janji Eragon, dikecupnya lagi kening Anisa.



Pintu tiba-tiba dibuka, Cherly, Devy dan Gigi berdiri di depan pintu menyaksikan pemandangan yang sangat mengejutkan mereka. Anisa buru-buru melepas pelukannya pada Eragon, begitupula Eragon. Mereka berdua salah tingkah.

“Che,, Che,,Cherly! Kamu gak ketuk dulu?,” Anisa bersusah payah mengeluarkan sebuah kalimat, ia gugup.

“Aku pikir kamu masih belum bangun Anisa,” Ujar Cherly tersenyum, ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

“Kamu sudah baikan kan Anisa?,” Tanya Gigi. Anisa mengangguk.

“Kalian tahu dari manaku di sini?,” Anisa balik bertanya.

“Era yang kirim SMS ke aku,” Cherly menunjuk Eragon.

“Dan kamu, kenapa kamu tiba-tiba ada di sini? Kamu tahu darimana aku di sini?,” Anisa memandang Era.

“Kamu tadi malam pingsan,aku yang membawamu ke sini,” Jawab Eragon datar.

“Tadi malam aku dapat kabar Wenda masuk rumah sakit, aku buru-buru bermaksud  melihatnya. Dan dijalan  aku sebuah Taksi menabrak trotoar. Aku berusaha mendekati dan bermaksud membantu, ternyata tidakparah. Hanya Mobil yang rusak. Dan aku melihatmu pingsan di kuris belakang, aku meminta izin kepada sopir untuk membawamu kemari,” Lanjut Eragon bercerita. Entah kenapa  ada dada anisa tiba-tiba sesak. Ada rasa yang aneh ketika Eragon menyebut nama Wenda.

“Oh ya, kalau mau jenguk Wenda dia ada di Lantai satu,” Ujar gigi, tiba-tiba raut Wajah cherly berubah. Tampak jelas ia khawatir.

“Aku akan ke sana,” Eragon menyambar jaket yang di simpannya di dekat tempat tidur Anisa. Anisa semakin merasa ada yang aneh dengan perasaanya, Cemburu? Mungkin.

***

Hujan sudah reda, Cahaya matahri menembus kaca jendela. Wenda terbaring lemah. Energinya telah habis dipakai untuk menangis tadi. Lagipula datangnya Cherly tadi menenangkan batinnya.



Pintu dibuka, Wenda menoleh ke arah pintu.

“Kak Era!,” bisiknya lirih. Ia berusaha untuk duduk.

“Sudah, kamu berbaring saja,” Suruh Eragon. Wenda mendelik, tak disangaknya Eragon mengeluarkan suara. Tidak seperti biasanya.

“Tadi barusan kakak yang bicara?,”

“Iya, emang siapa lagi? Setan,” . Wenda tersenyum kecil, pria yang ia sukai kini duduk di samping tempat tidurnya.

“Maaf ya aku baru menjengukmu sekarang, tadi malam aku menolong Anisa. Taksi yang ditumpanginya menabrak trotoar dan dia pingsan. Aku menjaganya sepanjang malam,”. Ekspresi Wenda berubah drastis, senyumnya layu, dialihkannya pandangannya dari Eragon.

“Oh ya, aku dengar kamu coba bunuh diri, kenapa? Ada masalah apa yang begitu berat hingga kamu nekat begitu?,” Tanya Eragon dengan aura kedewasaannya. Wenda terkesiap, ia tak siap menerima pertanyaan ini. Haruskan iamengakui bahwa ia bunuh diri karena menginginkan Era,  Dilema.

“Mau tau atau mau tau banget?,” Wenda mencoba menjadikan pertanyaan itu sebagai sebuah gurauan, Eragon tersenyum.

“Aku serius. Tidak ada hubungannya dengan aku kan?,”. Wenda terkejut, ia sama sekali tak siap menerima pertanyaan itu.

“Kalau ia kenapa?,” Jawab Wenda refleks, ia menutup mulutnya menyadari ia telah mengaku. Eragon menatap Wenda tajam.

“Kenapa? Apa yang sudah kakak perbuat?,”

“Kakak tahukan? Aku sayang kakak. Dan kakak selalu mengacuhkanku.,”

“Karena alasan sepele itu?,”

“Bagi kakak itu sepele, tapi bagi aku tidak.”

“Maksud kamu?,”

“Kakak adalah orang pertama yang membuat aku jatuh cinta. Tahukah kakak betapa sakitnya mencitai sendirian? Mencitai tanpa balasan? Itu sakit banget kak,”. Eragon terdiam.

“Lalu aku harus memaksa diri mencitaimu? Sebagai adikmungkin bisa, lebih dari itu tidak bisa Wenda. Cinta itu tentang hati, ia tidak bisa kita atur sesuak hati,”. Wenda terdiam, kata-kata Eragon Menghujam ke dalam hatinya. Tanpa ia sadari air mata kembali mengalir dari matanya yang indah.

“Maafkan aku Wen!,” Eragon berusah menenagkan Wenda, dipeluknya Wenda erat.



Jumat, 08 Juni 2012

Chibi's Diary Episode #13

Suasana pagi di rumah sakit masih cukup sepi. Sudah lebih dari sejam Wenda sadarkan diri. Dilihatnya gigi sedang tertidur duduk di samping tempat tidurnya. Ia dapat merasakan perih di tangannya, perih yang tiada bandingnya dibanding perih yang ia rasakan dihatinya.
Hujan masih rintik di luar, tampak jelas garis-garis hujan di kaca jendela.  Wenda mencoba duduk, tatapan matanya kosong. Entah bagaimana cinta itu menjungkirbalikkan kehidupannya. Merubah Wenda yang selalu ceria menjadi Wenda yang terkurung dalam keputus asaan. Titik air hujan tiba-tiba harus beriring dengan air matanya yang mengalir deras. Seperti anak sungai, air matanya mengalir melewati pipi lalu turun dan menetes di dagunya.
Hujan kian deras seperti tidak mau kalah dengan air mata wenda .
“Wenda, kamu sudah bangun?,” Tanya Gigi sambil mengucek matanya, ia belum menyadari kondisi Wenda. Wenda terus menangis tanpa peduli.
“Kamu kenapa nangis?,” Gigi masih belum mengerti dengan Wenda yang menangis.
“Pergi!!! Tinggalkan aku sendiri!!,”Teriak wenda, wajahnya tampak kusut karena menangis.
“Wenda, please jangan begini. Sebenarnya kamu kenapa?,”
“Kamu gak tahu apa-apa, diam dan keluar dari sini!,” Teriak Wenda lagi, suaranya parau.
“Wen….,”
“cukup!!! Keluar atau aku akan nekat lagi,” Wenda mengancam , dipegangnya jarum yang mengalirkan darah ke lengannya hendak mencabutnya. Gigi  melangkah keluar, sebenarnya ia takut dengan meninggalkan Wenda sendiri wenda akan berbuat nekat.
***
“Gigi, kamu kok di luar?,” Tanya Cherly yang baru saja datang bersama Devy.
“Wenda mengusirku,” Jawab Gigi sedih
“Jadi yang jaga Wenda sekarang siapa?,” Tanya Devy. Gigi hanya menggeleng kepalanya lesu.
“Tidak ada? Kenapa kamu tinggalkan?,” Tanya Cherly lagi
“Wenda mengancam akan berbuat nekat kalau aku tidak keluar. Aku bingung Cher,”. Cherly berpikir sejenak, ia tampak gelisah.
“baiklah, kamu dan devy tunggu di sini. Aku masuk ke dalam,” Cherly memutuskann masuk ke kamar Wenda.
“Kamu yakin Cher? Kenapa tidak kita biarkan dia sendiri dulu?,” Tanya Devy
“Kalau kita biarkan dia sendiri, kita tidak tahu apa yang ia perbuat di dalam. Aku takut dia nekat lagi Dev,” Cherly meyakinkan. Devy dan Gigi setuju menunggu di luar.


Bersambung


Selasa, 05 Juni 2012

Chibi's Diary Eps 12


 "Anisa!," sebuah suara memeikik dari seberang sana. beberapa menit yang lalu hape anisa berdering, Cherly menelepon.
"Ada apa cher?," Anisa tampak khawatir. dari nada suara cherly ia tahu ada masalah. Lagipula ini sudah malam, tidak mungkin cherly menelponnya untuk hal yang remeh temeh.
"Wenda Nis, Wenda," Cherly masih belum mampu mengontrol emosinya.
"Iya, ada apa dengan Wenda?" Anisa tambah khawatir.
"Wenda sekarang di rumah sakit, ia mencoba bunuh diri Nis,"
"Bunuh diri? Ada apa kok sampai bunuh diri?" Anisa tak habis pikir. Sahabatanya yang bertahun-tahun dikenalnya tiba-tiba mencoba bunuh diri. Pasti ada sesuatu yang sangat menekan batinnya.
"Ceritanya panjang Nis, aku gak bisa nyeritainnya sekarang,"
"Oke, kamu sHujan ekarang dimana?,"
"Aku dan temen temen lain udah di rumah sakit, Rumah sakit yang sama tempat merawat Era waktu itu,"
"Oke, aku ke sana Cher," anisa segera bergegas untuk bergabung dengan teman-temannya yang sedang menunggui Wenda. Sesungguhnya perasaannya belum pulih sempurna, tapi baginya seorang sahabat tetaplah lebih berharga.
 ***
Hujan mulai turun membasahi kota jakarta. Ribuan tetes air hujan berguguran dari angkasa. Sebuah Taxi biru melaju di tengah malam menyusuri jalanan Jakarta yang lengang. Di kursi belakang tampak seorang gadis yang sedang gelisah. Berkali-kali ia melihat jam tangan dan menyuruh sang supir untuk mempercepat laju kendaraan.
'Pak, cepetan ya pak," Pinta Anisa
"Iya mbak, ini juga sudah maksimal. Kalau lebih cepat lagi bahaya lho mbak," . anisa terus memasang wajah gelisah. Semua kegalauannya tentang eragon seperti lesap diterbangkan angin. Satu-satunya yang ada di kepalanya adalah Wenda. Jarum jam seakan berputar begitu lambat, belum lama ia duduk di kursi taksi, namun sudah lebih dari sejam ia merasa duduk disana. Bekali-kali ia meminta sang supir mempercepat laju kendaraan, namun sang supir tetap tidak mengabulkannya.
"Pak, tolonglah. saya harus cepat sampai ke rumah sakit,"
"Mbak liat sendiri kan, hujan begitu deras. Saya tidak dapat melihat  jalan dengan baik, lagipula jalanan licin. Saya tidak berani menanggung resiko.,"
"Saya tidak peduli pak, saya harus cepat sampai di sana," pekik anisa. Airmatanya tumpah, tak kalah de Wenda. sang sopir hanya menggeleng seraya menginjak gas lebih keras.
"Brak" Sebuah suara mendengung di telinga Anisa, Tiba-tiba semua menjadi gelap.
***
Anisa mencoba membuka mata, silau. Cahaya matahri menembus ventilasi tepat di depan tempat ia berbaring. Seorang pria muda tampak duduk membelakanginya.
"Kamu sudah bangun Anisa?,". Anisa sangat mengenal suara itu, ia menggeleng gelengkan kepalanya tidak percaya.
"Kok diam? Kamu baik baik saja kan?,". Anisa tetap diam. Pria itu membalik badannya, bayang-bayangnya jatuh tepat menimpa anisa. anisa tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas, tapi ia jelas tahu siapa yang berdiri di hadapannya.


Bersambung

Senin, 06 Februari 2012

Chibi's Diary Episode #11

"Eragon? apakah dia benar benara Eragon?" Anisa masih tak habis pikir. Ia berusaha meyakinkan dirinya, namun ia masih tak bisa percaya. Baginya ini hal yang sangat mustahil.
"Tok Tok tok!!!, Anisa!!!," Pintu diketuk, sebuah suara terdengar dari luar.
"Iya kak!! ada apa?,"
"Ada Cherly sama Gigi tuh di luar, temuin sana!,"
"Iya kak, bentar."
"Oke, sip,"
Anisa segera merapikan diri. Dua jam ia uring uringan di kamar, kondisinya berantakan. Setelah rapi, ia bergegas keluar menemui kedua sahabatnya.
"Hai Cherly, hai Gigi!!!," Anisa merangkul kedua sahabatanya. mereka sering melakukan itu bila bertemu. apalagi kalau lagi punya masalah. bagi mereka pelukan sahabat meberi kehangatan sendiri yang memberi efek tenang.
"Kok ada yang kurang sedap ya?," Cherly menutup hidungnya.
"Oh iya, aku kan belum mandi," Anisa tersenyum malu
"Ih Dasar!!! pantas atmosfirnya kurang nyaman!!," Ledek gigi
"Biarin, biar bau tetep cantik we," Anisa tak mau kalah
"Cantik tapi bau, tetep gak laku," Tambah Cherly
"Ih kalian berdua datang ke sini mau ledek aku aja ya?,"
"Upz, bukan gitu doing nis. itu intermezo aja," Jawab Cherly
"Terus?,"
"Kita berdua datang ke sini mau jenguk kamu" Sahut Gigi
"Akukan gak sakit? ngapaian dijenguk segala?,"
"Ish, kami khawatir aja ama kamu. Abisnya udah jarang gabung sama chibi chibi lain," Sahut Gigi
"Kalau kamu punya masalah, tolong cerita ama kita. siapa tau kita bisa bantu," Tambah cherly
"Maaf kawan,untuk sekarang aku belum bisa bercerita," Anisa memalingkan wajahanya. ia berusaha menyimpan kesedihan yang tiba-tiba membuncah.
"Tapi kenapa nis?," Tanya Cherly
"Aku belum bisa cerita sekarang, titik. Selesai!,"
"Kami sahabatmu nis, kami sayang kamu. kami akan bantu kamu semampu kami," Gigi memegang pundak Anisa.
"Please ngeriin aku, biarkan aku menyimpan rasa ini sendiri." Anisa tetap bersikukuh untuk tidak bercerita.
"Nis, kami ...,"
"Cukup!!! sekarang kalian lebih baik pulang. Gak ada guna kalian di sini, karena aku gak akan cerita sekarang," Anisa memotong kalimat Cherly. Cherly dan gigi hanya saling berpandangan, menaikkan kedua bahu.
"Baiklah nis, kami pulang, semoga kamu baik baik saja. kalau kamu udah siap cerita, kami akan selalusiap mendengarkannya," Cherly dan gigi beranjak dari duduknya.
"Terimakasih kawan," Anisa kembali memeluk kedua sahabatnya.


***

Bila sepi menjalari
Kusendiri di sini terdiam tanpa cahaya
Bahkan seribu bunga yang beremekaran
Menjadi tak ada arti


Bila sepi menjalari
Kusendiri dalam diam dan hening yang menjadi
Lukaku berdarah bahkan bernanah
Karena cinta harus begini

Wenda, menagkhiri puisinya dengan menangis. Ia bukan tipe yang puitis, entah kenapa tiba-tiba ia sangat ingin menulis puisi. Berjam jam ia mengurung diri di kamar, Eragon benar benar telah membuatnya gila. Tak lama kemudian ia bangkit dari kasurnya, mencari cari barang di meja riasnya.
Ia tampak memegang sebuah silet di tanganya, tanpa pikir panjang digoreskannya silet di urat nadinya. ia meringis, darah mengalir deras. Cukup lama ia bertahan hingga kemudian tubuhnya tumbang di dekat pintu kamarnya.

Bersambung

Jumat, 16 Desember 2011

Chibi's Diary Episode #10


“Eragon” bisik Anisa pelan. Sebuah suara dari seorang lelaki telah meotong bait lagu yang sedang ia nyanyikan. Langit mulai gelap, dan ia tak dapat mengenali sebuah sosok yang berdiri tegak di belakangnya. Diamatinya sosok itu dengan tajam, sosok yang sepertinya ia kenali, tapi siapa? Ia masih tak mampu menebak.
“Siapa ya?,” Tanya Anisa pelan
“Gelap ya? Jadi kamu gak mengenali aku,” Suara itu sangat tidak asing bagi Anisa. Anisa mulai mereka-reka, namun tetap saja hasilnya nihil.
“Ih, siapa sih?,” Anisa tambah penasaran
“Aku…, Ehm, Aku.,…,”
“Hey, jangan bercanda, aku sedang gak mau bercanda,” Anisa mulai kesal
“Eits,,, maf kakak, ini aku Denny,”
“Oh!!! Deny yang waktu itu di rumah sakit kan?,”
“iya,,,,,”
“ngapain kamu di sini?,”
“Kasih tau gak ya?,”
“Ih, Dasar!!!! Ngajak kelahi ya?,”
“Upz,,,, kakak ganas juga ya. Gini, tadi aku gak senagaj liat kakak naik ke sini, jadi aku penasaran kakak mau ngapain,”
“Ih, nguntitin aku ya? Apa perlunya coba?,”
“Kakak gak tau ya? Tempat ini rawan kejahatan lho kak. Beberapa hari yang lalu aja, di sini ditemuin mayat,”
“Ih, masak?,”
“Iya serius, aku takut aja kakak kenapa-kenapa. Walau baru kenal, tapikan kita harus peduli ama sesama,”
“Owh, makasih ya!!! Ngomong-ngomong kamu kok tau lagu itu?,”
“Aku mah sering denger lagu itu kakak,”
“What? Dengar darimana? Yang tau lagu itukan Cuma aku dan seseorang saja.”
“Seseoranng? Seseorang siapa?,”
“Kamu jawab dulu, kamu dengarnya di mana?,”
“Hmmm,,, kak Era nyanyiin lagu itu tiap malam. Selama ini tak pernah ada sebaris kalimatpun yang keluar dari mulutnya selain lagu itu,”. Anisa terdiam sejenak, tubuhnya gemetaran, tanpa terasa air matanya menetes.
“Ini tidak mungkin!!!,” bisiknya lirih kemudian menyambar gitarnya dan berlari turun. Denny terdiam, ia kebingungan. Sesuatu yang aneh baginya.
***
>>> malam kakak
Sebuah pesan singgah di beranda inbox Era. Ditatapnya dalam layar Handphone, kemudian dihempaskannnya ke atas kasur, matanya terus berkeliaran menikmati langit malam dari jendela kamar. Tak lama berselang sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya.
>>> hmmhhh, Wenda ganggu ya?
Lagi-lagi dihempaskannya Handphonenya ke atas kasur, diraihnya gitar di pojok ruangan kemudian mulai memetiknya dan bernyanyi lembut. Matanya masih terus menembus cakrawala, menerawangjauh seperti memutar kembali kenangan-kenangan yang terus berkeliaran di otaknya.
>>> kok gak balas sms? Gak ada pulsa? Wenda isiin ya?
Eragon menggelengkan kepala, perlahan ia mengetik.
kakak ada pulsa kok, lagi pengen sendiri, tolong jangan diganggu<<< tak lama sms balasan dari Wenda hinggap di ponselnya >>> maaf mengganggu
Untuk terakhir kalinya Eragon menghempaskan Handphonenya ke atas kasur dan terus bernyanyi. Ia sungguh tak tahu, Wenda menulis kalimat itu dengan air mata yang mengalir.

Bersambung

Kamis, 08 Desember 2011

Chibi's Diary Episode #9

“Eih, Wenda sekarang jarang gabung ama kita ya?,” Ujar Felly
“Iya tuh, masak tiap siang dia ngilang gitu aja,” Tambah Christy
“Ada masalah kali!!,” Sambar Devi
“Kan kalau ada masalah seharusnya dia bilang ke kita, siapa tahu dia bisa bantu,” Sahut Gigi sambil mengotak-ngotak Bbnya.
“Duar!!!,” Seseorang mengejutkan dari belakang. Keempat chibi yang sedang asyik ngerumpi di kantin sekolah mengelus dada.
“Ih Cherly, mau kami jantungan apa?,” Ujar Felly dengan gayanya yang manja
“Ih ih maaf!!!” Cherly mengelus kepala Felly
“apa-apaan sih, gak lucu tau,” Felly manyun
“Maafin aku dong fell, aku kan Cuma bercanda,” Cherly merasa bersalah, digenggamnya tangan Felly erat sambil menundukkan kepala,
“Duarr!!!” seru Felly memegang kedua pundaknya
“Aw!!,” Cherly refleks berteriak. Felly, Devi, Gigi dan Christy tertawa terpingkal-pingkal.
“Satu sama Wee!!!,” Felly menjulurkan lidahnya, Cherly malah tersenyum.
“By the way, pergi sekolah naik busway tadi kalian ngomongin apa? Serius amat, amat aja gak serius,” Tanya Cherly sembari bercanda
“Itu tuh Si Wenda, suka ngilang gitu kalo pulang sekolah. Udah jarang banget kumpul ama Chibi-chibi,” Ujar Gigi
“Kalian tahu kenapa?,” Tanya Cherly
“Nah itu yang kita omongin, dia gak ada cerita apa-apa,” Jawab Devi
“Hmhh, iya juga sih akhir-akhir ini si Wenda emang aneh,” Felly memegang dagunya bergaya sok serius
“Apa-apaan sih gaya begituan!!!, kayak emak-emak lagi mikirin cara bayar hutang atau lari dari huatn,” Sergah Christy, sontak saja Gigi, Devi, dan Felly tertawa, Cherly mesem mesem gak karuan.
***
“Kamu kenapa sih Wenda?,” Tanya Cherly siang itu di halte sekolah
“Kenapa apanya? Aku gak kenapa kepana!,” Jawab Wenda sambil mengalihkan pandangannya
“Iya, kamu itu aneh akhir-akhir ini. Kamu bukan Wenda yang kami kenal.,”
“Aku? aku berubah? Enggak tuh kayaknya. Kalian aja yang terlalu ambil pusing,” Sahut Wenda ketus
“Please Wend!! Kalau kamu punya masalah, omongin ama kita, siapa tahu kita bisa bantu kamu! Ingat, kita sahabatan udah lama,”
“Aku gak sedang punya masalah kok,” Wenda terus memalingkan wajahnya
“Terus kamu kenapa? Kenapa kamu jarang sekali gabung ama kami. Cerita dong Wend,”
“Eh Cher, sekali lagi lho dengar ya!! Gue gak kenapa-kenapa!!! Dan kalian gak perlu ambil pusing!!!,” Wenda menatap mata Cherli tajam lalu meninggalkan Cherly yang hanay berdiri membatu. Tak menyangka ia akan mendengar kalimat itu dari mulut sahabatnya, Wenda.
***
Senja itu Matahari telah jatuh ke ufuk barat. Langit telah menjingga dan mega-mega beraarak berkejar di lagit yang kian gelap. Anisa duduk sendiri di atap sebuah bangunan yang setengah jadi. Bangunan ini adalah sebuah proyek yang entah kenapa tidak di lanjutkan. Dulu saat SMP Anisa sering ke sini untuk menghabiskan waktu sendiri. Hari ini entah kenapa ia sangat ingin untuk kembali menikmati senja yang indah di tempat itu. berteman gitar kesayangannya ia terdiam sejanak kemudian bernyanyi, “Ketika malam datang, aku hanya sendiri, melihat bintang bintang ….”
“Aku terdiam sepi,” sebuah suara kecilmenyambung bait lagu yang tengah Anisa nyanyikan.
Bersambung

Jumat, 02 Desember 2011

Chibi's Diary Episode #8

Malam semakin dingin, hujan turun dengan deras. Malam itu Anisa hanya sendiri di rumah, Dinda sang kakak belum pulang sejak pagi, ada acara yang perlu ia hadiri di luar kota. Guntur menggelegar, Anisa ketakutan. Sejak kecil ia sangat phobia dengan suara guntur. Wajahnya pucat, tangan dan kakinya mulai merasakan dingin yang menjalar-jalar. Ia sudah diambang kesadarannya. Kalau ada kakaknya, pasti ia sudah memeluk kakaknya dengan erat, namun kali ini ia harus puas dengan memeluk guling erat-erat.
Hujan semakin deras, Anisa masih dalam ketakutanya. “Brak” sebuah suara terdengar dari luar jendela. Anisa terkejut bukan kepalang, ingin ia mengamati keluar, tapi ia sangat takut. Sayup sayup terdengar suara langkah kaki yang sedang berlari. Hatinya bertambah gelisah, namun ia tak dapat berbuat apa-apa. Kemudian ia membenamkan diri di balik selimut.

***
“Tadi malam hujannya deras banget ya?,” Ujar gigi seraya melahap nasi gorengnya
“Iya, aku aja ampe terperangkap gak bisa pulang” sahut Felly
“Emang kamu kemana?,” Tanya Christy
“Kehatimu” jawab Felly asal
“Ih, aku serius tahu!!!,” Christy mencubit paha Felly
“Aw!!! Sakit tau !!!,” Felly mengaduh
“Iya emang kamu kemana Felly?,” Wenda juga penasaran
“aku tadi malam tuh jalan bareng seseorang,” Felly tersenyum malu
“Siapa? Siapa? Gebetan baru yah?,” Tanya Cherly
“Cie cie cie cie,, makan makan!!!,” goda Angel
“Ih,, apa-apan sih? Wong masih pedekate doang,” Felly tersipu malu
“Siapa tuh?,” Tanya Devi
“entar deh tunggu tanggal mainnya, hahaha” Felly tertawa, yang lain hanya geleng-geleng kepala.
Tak lama berselang Anisa datang dengan wajah yang kusut?
“Kamu kenapa Anisa? Kok gak fresh gini?,” Tanya Cherly
“Enggak kenapa-kenapa kok, Cuma telat bangun, jadi gak sempat dandan,” Jawab Anisa lesu
“Udah sarapan?,” Tanya Cherly lagi. Anisa menggelengkan kepalanya pelan.
“Pesan gih sana!! Jangan biarkan kosong tuh perut!” Suruh Cherly.
“Bentar lagi kan masuk Cher,” Sahut Anisa
“Ih, Pak Gito gak datang tau!!! Udah deh buruan sana!,” Paksa Cherly. Anisa menurut. Tak lama Anisa kembali, ia mengambil duduk di tepi Cherly.
“Kok bisa telat bangunnya nis?” Tanya Wenda
“Semalam tu, aku gak bisa tidur. Taukan aku takut sama guntur?,”
“emang kak dinda kemana?,” Tanya Gigi
“Gak ada di rumah, ada urusan di luar kota,”
“Iya, tadi malam tuh Hujannya lebat banget. Aku aja ketakutan apalagi kamu,” Ujar Wenda
“terus semalam ada yanga neh di kost ku,”
“aneh gimana nis?,” Cherly penasaran
“Iya, ada suara-suara aneh di luar. Kayak ada orang gitu?,”
“Kamu yakin itu suara orang? Bukan kucing?,”
“Ish ish, aku tu yakin banget. Soalnya aku dengar suara orang lari gitu,”
“ih serem!!!,” Sambar gigi. Anisa terkejut, nafasnya turun naik.
“Gigi!!!,” Cherly memelototi gigi
“Maaf, aku lupa Anisa gak bisa terkejut,” Gigi menyesal
“Udah gak papa kok!!!,” Anisa mulai tenang
“Maafin aku ya nis!,” Gigi memegang tangan Anisa
“Iya, iya, gak papa kok gigi,” Anisa tersenyum
“Makasih ya Anisa,” Gigi ikut tersenyum!!!
***
“Kakak kok bisa demam gini?,” Tanya Wenda. Eragon hanya diam.
Siang itu Wenda kembali menyambangi rumah tempat Eragon tinggal. Tentu tanpa sepengetahuan sahabat-sahabatnya. Eragon sedang sakit.
“Jawab dong kak!!!” Wenda menggenggam tangan Eragon. Dengan cepat Eragon menarik tangannya lalu memalingkan wajah.
“Maafkan aku kakak, aku hanya ingin menunjukkan aku peduli,” ujar wenda. Eragon memandang wajah Wenda.
“Aku hanya ingin lebih dekat dengan kakak, aku sayang kakak!!,” . Eragon terkejut, diatatapnya Wenda dalam-dalam. Wenda menangis.
“Wenda kenapa nangis?,” Denny muncul dari belakang
“Enggak kok, Cuma kelilipan,” Jawab Wenda sekenanya. Denny beranjak Pergi
“Eits Den, tunggu!!!,” Wenda menahan Denny
“Kenapa Wend?,”
“Ini kak Era kok bisa sakit gini?,”
“Itu tadi malam kakak keluar hujan-hujan. Udah dicegah tapi gak mau,”
“Owh,” sahut Wenda pelan. Hatinya menyimpan sebuah tanya.
Bersambung….


Follow sang penulis di : @mimintwize atau Add : Yahya Muhaimin Elcidamy