Jumat, 16 Desember 2011
Chibi's Diary Episode #10
“Eragon” bisik Anisa pelan. Sebuah suara dari seorang lelaki telah meotong bait lagu yang sedang ia nyanyikan. Langit mulai gelap, dan ia tak dapat mengenali sebuah sosok yang berdiri tegak di belakangnya. Diamatinya sosok itu dengan tajam, sosok yang sepertinya ia kenali, tapi siapa? Ia masih tak mampu menebak.
“Siapa ya?,” Tanya Anisa pelan
“Gelap ya? Jadi kamu gak mengenali aku,” Suara itu sangat tidak asing bagi Anisa. Anisa mulai mereka-reka, namun tetap saja hasilnya nihil.
“Ih, siapa sih?,” Anisa tambah penasaran
“Aku…, Ehm, Aku.,…,”
“Hey, jangan bercanda, aku sedang gak mau bercanda,” Anisa mulai kesal
“Eits,,, maf kakak, ini aku Denny,”
“Oh!!! Deny yang waktu itu di rumah sakit kan?,”
“iya,,,,,”
“ngapain kamu di sini?,”
“Kasih tau gak ya?,”
“Ih, Dasar!!!! Ngajak kelahi ya?,”
“Upz,,,, kakak ganas juga ya. Gini, tadi aku gak senagaj liat kakak naik ke sini, jadi aku penasaran kakak mau ngapain,”
“Ih, nguntitin aku ya? Apa perlunya coba?,”
“Kakak gak tau ya? Tempat ini rawan kejahatan lho kak. Beberapa hari yang lalu aja, di sini ditemuin mayat,”
“Ih, masak?,”
“Iya serius, aku takut aja kakak kenapa-kenapa. Walau baru kenal, tapikan kita harus peduli ama sesama,”
“Owh, makasih ya!!! Ngomong-ngomong kamu kok tau lagu itu?,”
“Aku mah sering denger lagu itu kakak,”
“What? Dengar darimana? Yang tau lagu itukan Cuma aku dan seseorang saja.”
“Seseoranng? Seseorang siapa?,”
“Kamu jawab dulu, kamu dengarnya di mana?,”
“Hmmm,,, kak Era nyanyiin lagu itu tiap malam. Selama ini tak pernah ada sebaris kalimatpun yang keluar dari mulutnya selain lagu itu,”. Anisa terdiam sejenak, tubuhnya gemetaran, tanpa terasa air matanya menetes.
“Ini tidak mungkin!!!,” bisiknya lirih kemudian menyambar gitarnya dan berlari turun. Denny terdiam, ia kebingungan. Sesuatu yang aneh baginya.
***
>>> malam kakak
Sebuah pesan singgah di beranda inbox Era. Ditatapnya dalam layar Handphone, kemudian dihempaskannnya ke atas kasur, matanya terus berkeliaran menikmati langit malam dari jendela kamar. Tak lama berselang sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya.
>>> hmmhhh, Wenda ganggu ya?
Lagi-lagi dihempaskannya Handphonenya ke atas kasur, diraihnya gitar di pojok ruangan kemudian mulai memetiknya dan bernyanyi lembut. Matanya masih terus menembus cakrawala, menerawangjauh seperti memutar kembali kenangan-kenangan yang terus berkeliaran di otaknya.
>>> kok gak balas sms? Gak ada pulsa? Wenda isiin ya?
Eragon menggelengkan kepala, perlahan ia mengetik.
kakak ada pulsa kok, lagi pengen sendiri, tolong jangan diganggu<<< tak lama sms balasan dari Wenda hinggap di ponselnya >>> maaf mengganggu
Untuk terakhir kalinya Eragon menghempaskan Handphonenya ke atas kasur dan terus bernyanyi. Ia sungguh tak tahu, Wenda menulis kalimat itu dengan air mata yang mengalir.
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Kamis, 08 Desember 2011
Chibi's Diary Episode #9
“Eih, Wenda sekarang jarang gabung ama kita ya?,” Ujar Felly
“Iya tuh, masak tiap siang dia ngilang gitu aja,” Tambah Christy
“Ada masalah kali!!,” Sambar Devi
“Kan kalau ada masalah seharusnya dia bilang ke kita, siapa tahu dia bisa bantu,” Sahut Gigi sambil mengotak-ngotak Bbnya.
“Duar!!!,” Seseorang mengejutkan dari belakang. Keempat chibi yang sedang asyik ngerumpi di kantin sekolah mengelus dada.
“Ih Cherly, mau kami jantungan apa?,” Ujar Felly dengan gayanya yang manja
“Ih ih maaf!!!” Cherly mengelus kepala Felly
“apa-apaan sih, gak lucu tau,” Felly manyun
“Maafin aku dong fell, aku kan Cuma bercanda,” Cherly merasa bersalah, digenggamnya tangan Felly erat sambil menundukkan kepala,
“Duarr!!!” seru Felly memegang kedua pundaknya
“Aw!!,” Cherly refleks berteriak. Felly, Devi, Gigi dan Christy tertawa terpingkal-pingkal.
“Satu sama Wee!!!,” Felly menjulurkan lidahnya, Cherly malah tersenyum.
“By the way, pergi sekolah naik busway tadi kalian ngomongin apa? Serius amat, amat aja gak serius,” Tanya Cherly sembari bercanda
“Itu tuh Si Wenda, suka ngilang gitu kalo pulang sekolah. Udah jarang banget kumpul ama Chibi-chibi,” Ujar Gigi
“Kalian tahu kenapa?,” Tanya Cherly
“Nah itu yang kita omongin, dia gak ada cerita apa-apa,” Jawab Devi
“Hmhh, iya juga sih akhir-akhir ini si Wenda emang aneh,” Felly memegang dagunya bergaya sok serius
“Apa-apaan sih gaya begituan!!!, kayak emak-emak lagi mikirin cara bayar hutang atau lari dari huatn,” Sergah Christy, sontak saja Gigi, Devi, dan Felly tertawa, Cherly mesem mesem gak karuan.
***
“Kamu kenapa sih Wenda?,” Tanya Cherly siang itu di halte sekolah
“Kenapa apanya? Aku gak kenapa kepana!,” Jawab Wenda sambil mengalihkan pandangannya
“Iya, kamu itu aneh akhir-akhir ini. Kamu bukan Wenda yang kami kenal.,”
“Aku? aku berubah? Enggak tuh kayaknya. Kalian aja yang terlalu ambil pusing,” Sahut Wenda ketus
“Please Wend!! Kalau kamu punya masalah, omongin ama kita, siapa tahu kita bisa bantu kamu! Ingat, kita sahabatan udah lama,”
“Aku gak sedang punya masalah kok,” Wenda terus memalingkan wajahnya
“Terus kamu kenapa? Kenapa kamu jarang sekali gabung ama kami. Cerita dong Wend,”
“Eh Cher, sekali lagi lho dengar ya!! Gue gak kenapa-kenapa!!! Dan kalian gak perlu ambil pusing!!!,” Wenda menatap mata Cherli tajam lalu meninggalkan Cherly yang hanay berdiri membatu. Tak menyangka ia akan mendengar kalimat itu dari mulut sahabatnya, Wenda.
***
Senja itu Matahari telah jatuh ke ufuk barat. Langit telah menjingga dan mega-mega beraarak berkejar di lagit yang kian gelap. Anisa duduk sendiri di atap sebuah bangunan yang setengah jadi. Bangunan ini adalah sebuah proyek yang entah kenapa tidak di lanjutkan. Dulu saat SMP Anisa sering ke sini untuk menghabiskan waktu sendiri. Hari ini entah kenapa ia sangat ingin untuk kembali menikmati senja yang indah di tempat itu. berteman gitar kesayangannya ia terdiam sejanak kemudian bernyanyi, “Ketika malam datang, aku hanya sendiri, melihat bintang bintang ….”
“Aku terdiam sepi,” sebuah suara kecilmenyambung bait lagu yang tengah Anisa nyanyikan.
Bersambung
“Iya tuh, masak tiap siang dia ngilang gitu aja,” Tambah Christy
“Ada masalah kali!!,” Sambar Devi
“Kan kalau ada masalah seharusnya dia bilang ke kita, siapa tahu dia bisa bantu,” Sahut Gigi sambil mengotak-ngotak Bbnya.
“Duar!!!,” Seseorang mengejutkan dari belakang. Keempat chibi yang sedang asyik ngerumpi di kantin sekolah mengelus dada.
“Ih Cherly, mau kami jantungan apa?,” Ujar Felly dengan gayanya yang manja
“Ih ih maaf!!!” Cherly mengelus kepala Felly
“apa-apaan sih, gak lucu tau,” Felly manyun
“Maafin aku dong fell, aku kan Cuma bercanda,” Cherly merasa bersalah, digenggamnya tangan Felly erat sambil menundukkan kepala,
“Duarr!!!” seru Felly memegang kedua pundaknya
“Aw!!,” Cherly refleks berteriak. Felly, Devi, Gigi dan Christy tertawa terpingkal-pingkal.
“Satu sama Wee!!!,” Felly menjulurkan lidahnya, Cherly malah tersenyum.
“By the way, pergi sekolah naik busway tadi kalian ngomongin apa? Serius amat, amat aja gak serius,” Tanya Cherly sembari bercanda
“Itu tuh Si Wenda, suka ngilang gitu kalo pulang sekolah. Udah jarang banget kumpul ama Chibi-chibi,” Ujar Gigi
“Kalian tahu kenapa?,” Tanya Cherly
“Nah itu yang kita omongin, dia gak ada cerita apa-apa,” Jawab Devi
“Hmhh, iya juga sih akhir-akhir ini si Wenda emang aneh,” Felly memegang dagunya bergaya sok serius
“Apa-apaan sih gaya begituan!!!, kayak emak-emak lagi mikirin cara bayar hutang atau lari dari huatn,” Sergah Christy, sontak saja Gigi, Devi, dan Felly tertawa, Cherly mesem mesem gak karuan.
***
“Kamu kenapa sih Wenda?,” Tanya Cherly siang itu di halte sekolah
“Kenapa apanya? Aku gak kenapa kepana!,” Jawab Wenda sambil mengalihkan pandangannya
“Iya, kamu itu aneh akhir-akhir ini. Kamu bukan Wenda yang kami kenal.,”
“Aku? aku berubah? Enggak tuh kayaknya. Kalian aja yang terlalu ambil pusing,” Sahut Wenda ketus
“Please Wend!! Kalau kamu punya masalah, omongin ama kita, siapa tahu kita bisa bantu kamu! Ingat, kita sahabatan udah lama,”
“Aku gak sedang punya masalah kok,” Wenda terus memalingkan wajahnya
“Terus kamu kenapa? Kenapa kamu jarang sekali gabung ama kami. Cerita dong Wend,”
“Eh Cher, sekali lagi lho dengar ya!! Gue gak kenapa-kenapa!!! Dan kalian gak perlu ambil pusing!!!,” Wenda menatap mata Cherli tajam lalu meninggalkan Cherly yang hanay berdiri membatu. Tak menyangka ia akan mendengar kalimat itu dari mulut sahabatnya, Wenda.
***
Senja itu Matahari telah jatuh ke ufuk barat. Langit telah menjingga dan mega-mega beraarak berkejar di lagit yang kian gelap. Anisa duduk sendiri di atap sebuah bangunan yang setengah jadi. Bangunan ini adalah sebuah proyek yang entah kenapa tidak di lanjutkan. Dulu saat SMP Anisa sering ke sini untuk menghabiskan waktu sendiri. Hari ini entah kenapa ia sangat ingin untuk kembali menikmati senja yang indah di tempat itu. berteman gitar kesayangannya ia terdiam sejanak kemudian bernyanyi, “Ketika malam datang, aku hanya sendiri, melihat bintang bintang ….”
“Aku terdiam sepi,” sebuah suara kecilmenyambung bait lagu yang tengah Anisa nyanyikan.
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Jumat, 02 Desember 2011
Chibi's Diary Episode #8
Malam semakin dingin, hujan turun dengan deras. Malam itu Anisa hanya sendiri di rumah, Dinda sang kakak belum pulang sejak pagi, ada acara yang perlu ia hadiri di luar kota. Guntur menggelegar, Anisa ketakutan. Sejak kecil ia sangat phobia dengan suara guntur. Wajahnya pucat, tangan dan kakinya mulai merasakan dingin yang menjalar-jalar. Ia sudah diambang kesadarannya. Kalau ada kakaknya, pasti ia sudah memeluk kakaknya dengan erat, namun kali ini ia harus puas dengan memeluk guling erat-erat.
Hujan semakin deras, Anisa masih dalam ketakutanya. “Brak” sebuah suara terdengar dari luar jendela. Anisa terkejut bukan kepalang, ingin ia mengamati keluar, tapi ia sangat takut. Sayup sayup terdengar suara langkah kaki yang sedang berlari. Hatinya bertambah gelisah, namun ia tak dapat berbuat apa-apa. Kemudian ia membenamkan diri di balik selimut.
***
“Tadi malam hujannya deras banget ya?,” Ujar gigi seraya melahap nasi gorengnya
“Iya, aku aja ampe terperangkap gak bisa pulang” sahut Felly
“Emang kamu kemana?,” Tanya Christy
“Kehatimu” jawab Felly asal
“Ih, aku serius tahu!!!,” Christy mencubit paha Felly
“Aw!!! Sakit tau !!!,” Felly mengaduh
“Iya emang kamu kemana Felly?,” Wenda juga penasaran
“aku tadi malam tuh jalan bareng seseorang,” Felly tersenyum malu
“Siapa? Siapa? Gebetan baru yah?,” Tanya Cherly
“Cie cie cie cie,, makan makan!!!,” goda Angel
“Ih,, apa-apan sih? Wong masih pedekate doang,” Felly tersipu malu
“Siapa tuh?,” Tanya Devi
“entar deh tunggu tanggal mainnya, hahaha” Felly tertawa, yang lain hanya geleng-geleng kepala.
Tak lama berselang Anisa datang dengan wajah yang kusut?
“Kamu kenapa Anisa? Kok gak fresh gini?,” Tanya Cherly
“Enggak kenapa-kenapa kok, Cuma telat bangun, jadi gak sempat dandan,” Jawab Anisa lesu
“Udah sarapan?,” Tanya Cherly lagi. Anisa menggelengkan kepalanya pelan.
“Pesan gih sana!! Jangan biarkan kosong tuh perut!” Suruh Cherly.
“Bentar lagi kan masuk Cher,” Sahut Anisa
“Ih, Pak Gito gak datang tau!!! Udah deh buruan sana!,” Paksa Cherly. Anisa menurut. Tak lama Anisa kembali, ia mengambil duduk di tepi Cherly.
“Kok bisa telat bangunnya nis?” Tanya Wenda
“Semalam tu, aku gak bisa tidur. Taukan aku takut sama guntur?,”
“emang kak dinda kemana?,” Tanya Gigi
“Gak ada di rumah, ada urusan di luar kota,”
“Iya, tadi malam tuh Hujannya lebat banget. Aku aja ketakutan apalagi kamu,” Ujar Wenda
“terus semalam ada yanga neh di kost ku,”
“aneh gimana nis?,” Cherly penasaran
“Iya, ada suara-suara aneh di luar. Kayak ada orang gitu?,”
“Kamu yakin itu suara orang? Bukan kucing?,”
“Ish ish, aku tu yakin banget. Soalnya aku dengar suara orang lari gitu,”
“ih serem!!!,” Sambar gigi. Anisa terkejut, nafasnya turun naik.
“Gigi!!!,” Cherly memelototi gigi
“Maaf, aku lupa Anisa gak bisa terkejut,” Gigi menyesal
“Udah gak papa kok!!!,” Anisa mulai tenang
“Maafin aku ya nis!,” Gigi memegang tangan Anisa
“Iya, iya, gak papa kok gigi,” Anisa tersenyum
“Makasih ya Anisa,” Gigi ikut tersenyum!!!
***
“Kakak kok bisa demam gini?,” Tanya Wenda. Eragon hanya diam.
Siang itu Wenda kembali menyambangi rumah tempat Eragon tinggal. Tentu tanpa sepengetahuan sahabat-sahabatnya. Eragon sedang sakit.
“Jawab dong kak!!!” Wenda menggenggam tangan Eragon. Dengan cepat Eragon menarik tangannya lalu memalingkan wajah.
“Maafkan aku kakak, aku hanya ingin menunjukkan aku peduli,” ujar wenda. Eragon memandang wajah Wenda.
“Aku hanya ingin lebih dekat dengan kakak, aku sayang kakak!!,” . Eragon terkejut, diatatapnya Wenda dalam-dalam. Wenda menangis.
“Wenda kenapa nangis?,” Denny muncul dari belakang
“Enggak kok, Cuma kelilipan,” Jawab Wenda sekenanya. Denny beranjak Pergi
“Eits Den, tunggu!!!,” Wenda menahan Denny
“Kenapa Wend?,”
“Ini kak Era kok bisa sakit gini?,”
“Itu tadi malam kakak keluar hujan-hujan. Udah dicegah tapi gak mau,”
“Owh,” sahut Wenda pelan. Hatinya menyimpan sebuah tanya.
Bersambung….
Follow sang penulis di : @mimintwize atau Add : Yahya Muhaimin Elcidamy
Hujan semakin deras, Anisa masih dalam ketakutanya. “Brak” sebuah suara terdengar dari luar jendela. Anisa terkejut bukan kepalang, ingin ia mengamati keluar, tapi ia sangat takut. Sayup sayup terdengar suara langkah kaki yang sedang berlari. Hatinya bertambah gelisah, namun ia tak dapat berbuat apa-apa. Kemudian ia membenamkan diri di balik selimut.
***
“Tadi malam hujannya deras banget ya?,” Ujar gigi seraya melahap nasi gorengnya
“Iya, aku aja ampe terperangkap gak bisa pulang” sahut Felly
“Emang kamu kemana?,” Tanya Christy
“Kehatimu” jawab Felly asal
“Ih, aku serius tahu!!!,” Christy mencubit paha Felly
“Aw!!! Sakit tau !!!,” Felly mengaduh
“Iya emang kamu kemana Felly?,” Wenda juga penasaran
“aku tadi malam tuh jalan bareng seseorang,” Felly tersenyum malu
“Siapa? Siapa? Gebetan baru yah?,” Tanya Cherly
“Cie cie cie cie,, makan makan!!!,” goda Angel
“Ih,, apa-apan sih? Wong masih pedekate doang,” Felly tersipu malu
“Siapa tuh?,” Tanya Devi
“entar deh tunggu tanggal mainnya, hahaha” Felly tertawa, yang lain hanya geleng-geleng kepala.
Tak lama berselang Anisa datang dengan wajah yang kusut?
“Kamu kenapa Anisa? Kok gak fresh gini?,” Tanya Cherly
“Enggak kenapa-kenapa kok, Cuma telat bangun, jadi gak sempat dandan,” Jawab Anisa lesu
“Udah sarapan?,” Tanya Cherly lagi. Anisa menggelengkan kepalanya pelan.
“Pesan gih sana!! Jangan biarkan kosong tuh perut!” Suruh Cherly.
“Bentar lagi kan masuk Cher,” Sahut Anisa
“Ih, Pak Gito gak datang tau!!! Udah deh buruan sana!,” Paksa Cherly. Anisa menurut. Tak lama Anisa kembali, ia mengambil duduk di tepi Cherly.
“Kok bisa telat bangunnya nis?” Tanya Wenda
“Semalam tu, aku gak bisa tidur. Taukan aku takut sama guntur?,”
“emang kak dinda kemana?,” Tanya Gigi
“Gak ada di rumah, ada urusan di luar kota,”
“Iya, tadi malam tuh Hujannya lebat banget. Aku aja ketakutan apalagi kamu,” Ujar Wenda
“terus semalam ada yanga neh di kost ku,”
“aneh gimana nis?,” Cherly penasaran
“Iya, ada suara-suara aneh di luar. Kayak ada orang gitu?,”
“Kamu yakin itu suara orang? Bukan kucing?,”
“Ish ish, aku tu yakin banget. Soalnya aku dengar suara orang lari gitu,”
“ih serem!!!,” Sambar gigi. Anisa terkejut, nafasnya turun naik.
“Gigi!!!,” Cherly memelototi gigi
“Maaf, aku lupa Anisa gak bisa terkejut,” Gigi menyesal
“Udah gak papa kok!!!,” Anisa mulai tenang
“Maafin aku ya nis!,” Gigi memegang tangan Anisa
“Iya, iya, gak papa kok gigi,” Anisa tersenyum
“Makasih ya Anisa,” Gigi ikut tersenyum!!!
***
“Kakak kok bisa demam gini?,” Tanya Wenda. Eragon hanya diam.
Siang itu Wenda kembali menyambangi rumah tempat Eragon tinggal. Tentu tanpa sepengetahuan sahabat-sahabatnya. Eragon sedang sakit.
“Jawab dong kak!!!” Wenda menggenggam tangan Eragon. Dengan cepat Eragon menarik tangannya lalu memalingkan wajah.
“Maafkan aku kakak, aku hanya ingin menunjukkan aku peduli,” ujar wenda. Eragon memandang wajah Wenda.
“Aku hanya ingin lebih dekat dengan kakak, aku sayang kakak!!,” . Eragon terkejut, diatatapnya Wenda dalam-dalam. Wenda menangis.
“Wenda kenapa nangis?,” Denny muncul dari belakang
“Enggak kok, Cuma kelilipan,” Jawab Wenda sekenanya. Denny beranjak Pergi
“Eits Den, tunggu!!!,” Wenda menahan Denny
“Kenapa Wend?,”
“Ini kak Era kok bisa sakit gini?,”
“Itu tadi malam kakak keluar hujan-hujan. Udah dicegah tapi gak mau,”
“Owh,” sahut Wenda pelan. Hatinya menyimpan sebuah tanya.
Bersambung….
Follow sang penulis di : @mimintwize atau Add : Yahya Muhaimin Elcidamy
Label:
Chibi's Story
Sabtu, 03 September 2011
Chibi's Diary Episode#7
Bahkan bintangpun takkan menggantikanmu
Ketika engkau pergi dan aku hanya sendiri
Tak pernah kulihat lagi Tuhan melukis pelangi
Dalam hidupku
Dan kini kau hadir
Setelah kuanggapo kau telah tiada
Mengapa?
Mengapa dulu kau menghilang,
Tinggalkan aku pilu sendiri
Eragon
Kurindu tatap matamu yang tajam itu
Anisa menyelesaikan bait terakhir puisinya dengan tangis yang meledak. Di saksikan ribuan bintang, ia sendiri.
***
“Kak Eragon udah baikan?,” Wenda memberikan senyum termanis yang ia punya. Eragon mengangguk. Ia mengalihkan pandangan.
“Kakak kok memalingkan muka gitu? Emangnya Wenda kenapa?,” tanya wenda. Eragon hanya menggelengkan kepalanya.
“Kakak, aku tahu kakak udah lama gak mau bicara, tapi Plis aku ingin dengar suara kakak,”. Sekali lagi Eragon hanya menjawab dengan gelengan. Wenda mendekati Eragon kemudian duduk di depan Eragon, ditatapnya mata Eragon dalam-dalam. Eragon mengalihkan pandangannya.
“Kakak, kakak enggak boleh kayak gini. Kita semua pernah dan akan merasakan kehilagan, tapi kehilangan itu tidak harus membuat kita menyiksa diri kita sendiri,”. Eragon tetap diam
“Percuma, sudah banyak orang yang membujuknya begitu!!!,” Jimzz tak sengaja melewati tempat Eragon dan Wenda.
“Kakak, banyak orang yang sayang sama kakak, banyak orang yang ingin kaka bicara, kakak mengecewakan mereka, kakak gak maukan mereka sedih kak. Mereka sayang sama kakak!!,” Wenda terus berusaha. Eragon beridi, ditatatapnya mata Wenda dalam-dalam.
“Kamu tahu apa? Kamu peduli apa?” teriak Eragon tepat di didepan wajah Wenda. Kali ini Wenda yang terdiam. Eragon kemudian meninggalkan Wenda, masuk ke kamar dan mebanting pintu kamarnya.
Wenda masih terdiam dengan air mata yang mengalir di pipinya.
“Aku sayang kakak,” ujarnya lirih. Betapa cinta telah bermekaran di hatinya.
***
Ketika malam datang
Aku hanya sendiri
Melihat bintang-bintang
Aku terdiam sepi
Ketika engkau pergi
Dunia terasa sunyi
Seolah tiada penghuni
Aku hanya sendiri
Setiap detik, setiap waktu yang kulalui
Dirimukan selalu dalam hatiku
Tuhan tolonglah jagakanlah hatinya
Agar dia tak berpaling untuk hati yang lain
Suara Eragon memecah mala yang sunyi. Berteman gitarnya Eragon sendiri di bawah siraman cahaya purnama. Di kejauhan Jimzz dan Denny sayup-sayup mendengar suaranya.
***
Siang itu, Anisa dan kawan-kawan tidak pulang bersama. Ada masalah dengan mobil VW yang biasa mereka pakai bersama sehingga harus di bawa ke bengkel. Sudah setengah jam anisa menunggu Taxi, namun tak satupun Taxi kosong yang ia temukan. Lelah menunggu akhirnya ia putuskan untuk naik bis. Lima belas menit Anisa sendiri di Halte hingga seorang pria berjacket hitam duduk di dekatnya. Pria itu mengenakan kacamata hitam serta menutup mulutnya dengan masker yang juga berwarna hitam. Anisa was was. Dua menit kemudian bis yang idtunggu datang, Anisa segera nik disusul Pria tersebut. Sial bagi Anisa, Pria itu duduk tepat disampingnya. Anisa mengalihkan pandangan ke luar Jendela berusaha menghilangkan perasaan takutnya.
Di depan Anisa seorang bapak separih baya asyik menghisap rokok. Abisa menutup hidungtnya, ia paling benci perokok. Makanya ia sanfat malas kalau harus naik bis. Pria disampingnya memperhatikan Anisa.
“Pak, tolong tidak merokok disini!!!!,” ujra Pria itu. si bapak takj peduli, dihisapnya rokoknya dalamp-dalam kemudian dihembskannya.
“Pak, tolong tidak merokok disini!!!,” pria itu kembali mengulang kalimatnya.
“kamukan pakai masker, gak masalah to!!!,” si bapak terus menghisap rokonya.
“iya, tapi di bis ini bukan hanya ada bapak dan saya. Lihat wanita ini yang harus menghirup asap rokok bapak,” pria itu menunjuk Anisa. Si bapak terdiam dan dengan kesal terpaksa mematikan rokoknya.
Ternyata pria itu turun di tempat yang sama dengan Anisa. Anisa tahu pria itu baik, ia sudah tidak khawatir.
“Terimakasih yah,”. Anisa memegang pundak pria itu, ia berusaha menyetop pria itu yang berjalan cepat di depannya. Pria itu menoleh dan menetap Anisa dalam. Jantung anisa berdegup kencang. Sang Pria kemudian mempercepat jalannya meninggalkan Anisa.
“siapa dia?,” anisa bertanya dalam hatinya.
***
“setai deti, setiap waktu yang kulalui, dirimukan selalu dalam hatiku!!!,” Anisa bernyanyi lirih.
“Cie cie cie,,, gak ada lagu lain Nis?, sejak kamu SMP naynyinya itu mulu!!!,” Dinda memeluk Anisa dari belakang
“Ih, si kakak ganggu aja,”
“Iya, tapikan gak baik kamu ingat Eragon mulu. Kamu harus buka hati kamu buat cowok yang mau deket ama kamu,”
“Kakak apaan sih!!!,”
“iya, anak semumur kamu tu mustinya udah punya cowok biar jam segini ada temen telponan, smasan biar gak termenung kayak patung gini!!!,”
“Anisa mau serius sekolah kakak!!!,”
“hmm. Bagus deh kalau gitu. Tapi harus mulai lihat kanan kiri, siapa tau ada yang cocok,”
“iya kakakku, kaka yang paling bawe senegeriku Indonesia,”
“juga tercantik sejagad raya,”
“ih pedenya,”
“biarin week,” Dinda menjulurkan lidahnya sseraya meninggalkan Anisa sendiri.
“Tuhan tolonglah jagakanlah hatinya, agar dia tak berpaling untuk hati yang lain,” Anisa meneruskan bait lagu yang dinanyikakknya. Sebuah lagu yang ditulis oleh Eragon bersama dengan dirinya dulu.
Ketika engkau pergi dan aku hanya sendiri
Tak pernah kulihat lagi Tuhan melukis pelangi
Dalam hidupku
Dan kini kau hadir
Setelah kuanggapo kau telah tiada
Mengapa?
Mengapa dulu kau menghilang,
Tinggalkan aku pilu sendiri
Eragon
Kurindu tatap matamu yang tajam itu
Anisa menyelesaikan bait terakhir puisinya dengan tangis yang meledak. Di saksikan ribuan bintang, ia sendiri.
***
“Kak Eragon udah baikan?,” Wenda memberikan senyum termanis yang ia punya. Eragon mengangguk. Ia mengalihkan pandangan.
“Kakak kok memalingkan muka gitu? Emangnya Wenda kenapa?,” tanya wenda. Eragon hanya menggelengkan kepalanya.
“Kakak, aku tahu kakak udah lama gak mau bicara, tapi Plis aku ingin dengar suara kakak,”. Sekali lagi Eragon hanya menjawab dengan gelengan. Wenda mendekati Eragon kemudian duduk di depan Eragon, ditatapnya mata Eragon dalam-dalam. Eragon mengalihkan pandangannya.
“Kakak, kakak enggak boleh kayak gini. Kita semua pernah dan akan merasakan kehilagan, tapi kehilangan itu tidak harus membuat kita menyiksa diri kita sendiri,”. Eragon tetap diam
“Percuma, sudah banyak orang yang membujuknya begitu!!!,” Jimzz tak sengaja melewati tempat Eragon dan Wenda.
“Kakak, banyak orang yang sayang sama kakak, banyak orang yang ingin kaka bicara, kakak mengecewakan mereka, kakak gak maukan mereka sedih kak. Mereka sayang sama kakak!!,” Wenda terus berusaha. Eragon beridi, ditatatapnya mata Wenda dalam-dalam.
“Kamu tahu apa? Kamu peduli apa?” teriak Eragon tepat di didepan wajah Wenda. Kali ini Wenda yang terdiam. Eragon kemudian meninggalkan Wenda, masuk ke kamar dan mebanting pintu kamarnya.
Wenda masih terdiam dengan air mata yang mengalir di pipinya.
“Aku sayang kakak,” ujarnya lirih. Betapa cinta telah bermekaran di hatinya.
***
Ketika malam datang
Aku hanya sendiri
Melihat bintang-bintang
Aku terdiam sepi
Ketika engkau pergi
Dunia terasa sunyi
Seolah tiada penghuni
Aku hanya sendiri
Setiap detik, setiap waktu yang kulalui
Dirimukan selalu dalam hatiku
Tuhan tolonglah jagakanlah hatinya
Agar dia tak berpaling untuk hati yang lain
Suara Eragon memecah mala yang sunyi. Berteman gitarnya Eragon sendiri di bawah siraman cahaya purnama. Di kejauhan Jimzz dan Denny sayup-sayup mendengar suaranya.
***
Siang itu, Anisa dan kawan-kawan tidak pulang bersama. Ada masalah dengan mobil VW yang biasa mereka pakai bersama sehingga harus di bawa ke bengkel. Sudah setengah jam anisa menunggu Taxi, namun tak satupun Taxi kosong yang ia temukan. Lelah menunggu akhirnya ia putuskan untuk naik bis. Lima belas menit Anisa sendiri di Halte hingga seorang pria berjacket hitam duduk di dekatnya. Pria itu mengenakan kacamata hitam serta menutup mulutnya dengan masker yang juga berwarna hitam. Anisa was was. Dua menit kemudian bis yang idtunggu datang, Anisa segera nik disusul Pria tersebut. Sial bagi Anisa, Pria itu duduk tepat disampingnya. Anisa mengalihkan pandangan ke luar Jendela berusaha menghilangkan perasaan takutnya.
Di depan Anisa seorang bapak separih baya asyik menghisap rokok. Abisa menutup hidungtnya, ia paling benci perokok. Makanya ia sanfat malas kalau harus naik bis. Pria disampingnya memperhatikan Anisa.
“Pak, tolong tidak merokok disini!!!!,” ujra Pria itu. si bapak takj peduli, dihisapnya rokoknya dalamp-dalam kemudian dihembskannya.
“Pak, tolong tidak merokok disini!!!,” pria itu kembali mengulang kalimatnya.
“kamukan pakai masker, gak masalah to!!!,” si bapak terus menghisap rokonya.
“iya, tapi di bis ini bukan hanya ada bapak dan saya. Lihat wanita ini yang harus menghirup asap rokok bapak,” pria itu menunjuk Anisa. Si bapak terdiam dan dengan kesal terpaksa mematikan rokoknya.
Ternyata pria itu turun di tempat yang sama dengan Anisa. Anisa tahu pria itu baik, ia sudah tidak khawatir.
“Terimakasih yah,”. Anisa memegang pundak pria itu, ia berusaha menyetop pria itu yang berjalan cepat di depannya. Pria itu menoleh dan menetap Anisa dalam. Jantung anisa berdegup kencang. Sang Pria kemudian mempercepat jalannya meninggalkan Anisa.
“siapa dia?,” anisa bertanya dalam hatinya.
***
“setai deti, setiap waktu yang kulalui, dirimukan selalu dalam hatiku!!!,” Anisa bernyanyi lirih.
“Cie cie cie,,, gak ada lagu lain Nis?, sejak kamu SMP naynyinya itu mulu!!!,” Dinda memeluk Anisa dari belakang
“Ih, si kakak ganggu aja,”
“Iya, tapikan gak baik kamu ingat Eragon mulu. Kamu harus buka hati kamu buat cowok yang mau deket ama kamu,”
“Kakak apaan sih!!!,”
“iya, anak semumur kamu tu mustinya udah punya cowok biar jam segini ada temen telponan, smasan biar gak termenung kayak patung gini!!!,”
“Anisa mau serius sekolah kakak!!!,”
“hmm. Bagus deh kalau gitu. Tapi harus mulai lihat kanan kiri, siapa tau ada yang cocok,”
“iya kakakku, kaka yang paling bawe senegeriku Indonesia,”
“juga tercantik sejagad raya,”
“ih pedenya,”
“biarin week,” Dinda menjulurkan lidahnya sseraya meninggalkan Anisa sendiri.
“Tuhan tolonglah jagakanlah hatinya, agar dia tak berpaling untuk hati yang lain,” Anisa meneruskan bait lagu yang dinanyikakknya. Sebuah lagu yang ditulis oleh Eragon bersama dengan dirinya dulu.
Label:
Chibi's Story
Selasa, 23 Agustus 2011
Chibi's Diary Episode #6
Waktu menunjukkan pukul 00:20 . era belum juga tertidur. Sudah dua hari dia pulang ke rumah, tapi ia masih belum bisa banyak bergerak. Tiba-tiba sebuah pesan singgah di layar ponselnya.
Kakak udh tdur?
Eragon tak mengenali nomor yang mengirimi pesan itu. ‘
Belum, ini siapa?
Balas Eragon, tak berapa lama berselang hapenya kembali bergetar
Aku Wenda kakak
“Wenda?, wenda yang mana?,” Eragon mencoba mengingat-ngingat seorang bernama wenda. Namun tak dapat bayangan sedikitpun. Eragon memang seorang pelupa.
Wenda yang mana yah?
Wenda yang sering jenguk kakak di RS, kami bersembilan. Ingt?
Eragon tersenyum kecil. “Akh, begini aja bisa lupa,” pikirnya
Oh, iya.. maaf , saya memang sedikit pelupa
Kakak, udah baikan?
Lumayanlah dik
Besok aku boleh ke rumah kakak?
Mau ketemu Jimzz?
Ketemu kakak donk.
Owh
***
Hari itu hari pertama libur sekolah, agar tetap dapat mengamati perkembangan Eragon, rencana liburan bersama chibi akhirnya dibatalkan. Mereka akhirnya memutuskan hanya menghabiskan satu hari untuk liburan di puncak. Sekedar menikmati alam untuk mengurangi stres setalah harihari memusingkan yang mereka lalui.
“Naik, naik ke puncak gunung, tinggi, tinggi sekali!!!” Gigi bernyanyi di dalam mobil.
“Hus, kayak anak TK kamu gi,” Tegur Cherly
“Ih, akukan memang anak TK,anak Tentara Kura-kura. Ciya!!!,” Gigi menggembungkan dua pipinya sembari mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
“Stres kamu gi?,” Devi memandang wajah Gigi
“Heheh, kan ngilangin stress,” sahut Gigi
“Itu mah bukan ngilangin stress,” potong Christy
“Itu, malah kayak orang stress,” tambah Felly. Anisa yang dari tadi meperhatikan ulah teman-temannya hanya tersenyum.
“Cie cie cie, yang dari kemarin cemberut sekarang bisa senyum,” ledek Cherly
“Ih, apaan sih cher,” Anisa memukul bahu Cherly dengan manja.
“Bay the way, anyway busway, si Wenda kok gak ikut?,” Tanya Anisa
“Oh, katanya lagi sakit,” Jawab Cherly
“Wah, kenapa gak dibatalin aja perginya. Kan bisa besok-besok?,” tanya Anisa lagi
“Aku udah bilang gitu, tapi si Wenda maksa kita tetap pergi,” Jawab Cherly. Anisa manggut-manggut.
“Aneh ya?,” Ryn angkat bicara
“Aneh kenapa?,” Tanya Cherly
“Ingat gak, sebulan yang lalu waktu kita jalan-jalan ke mall terus ninggalin dia yang sedang sakit?,”
“Iya, ingat, ingat,”
“Kan samapi satu minggu gak mau teguran sama kita. Kita dibilangnya gak setia kawan!!!,”
“Iya juga sih. Tapi ya udahlah, dia juga yang nyuruh kita ninggalin dia. Let’s have fun together lah!!!,”
“Ih itukan lagunya Ridho Roma. Jadi kebayang bulu dadanya,” Felly tiba-tiba mengambil alih pembicaraan.
“Kyaaaaa,,,,, Ridho Roma, dasar Fellly, di otaknya gak lain deh. Cowok mulu,” Gerutu Christy
“Ih enggak dong, di otakku juga ada kalian sahabt-sahabatku,” Felly memamerkan senyum terindah yang ia punya.
“So Sweat, sini aku peluk”. Christy memeluk Felly.
Yah begitulah chibi, kalau sedang bersama. Mereka adalah sekelompok ABG yang ceria dan selalu memnyenagkan dan meberi kebahagiaan.
***
Menjelang sorea, 8 chibi memutuskan untuk istirahat sejenak di Villa milik keluarga Cherly sebelumn kembali ke Jakarta. Felly, Christy, Gigi, Ryn, Angel, dan Devi menggunakan waktu istirahat dengan berenag di kolam renang yang tepat berada di tengah-tengah Villa. Anisa dan Cherly lebih memilih untuk santai di balkon.
“Anisa aku mau tanya boleh?,”
“Tanya apa cher?,”
“Tentang cowok yang tertabrak itu?,”
“Oh!!!,” Anisa menundukkan kepalanya
“Maaf, aku mengusik perasaan kamu, tapi aku Cuma pengen tahu apa yng terjadi dengan kamu Anisa,”
“Iya gak papa,”
“lalu, kamu mau cerita. Ada hubungannya dengan Eragon?,”
“Kamu tahu dari mana nama itu?, Wenda cerita. Katanya dia pernah ikut kamu ke makam itu untuk ziarah ke makam Eragon,”.
“Iya dulu waktu SMP, Eragon itu sahabat kecilku, kami sudah seperti kakak beradik. Dia meninggal ketika aku kelas VI SD,”
“terus, cowok itu?,”
“Wajahnya mirip sekali, persis. Wajahnya mengingatkan aku pada Eragon. Aku gak percaya Tuhan kirim orang yang wajahnya mirip seperti itu. apa maksud dari semua ini?,”
“Kalau gak salah namnya Era,”
“Era?,” Anisa terkejut.
“aku sempat mendengar dia menyebut nama Anisa ketika dia melihat fhoto kita bersembilan di hape Wenda” Gigi menjulurkan kepalnya dari balik pintu.
“Ih, kamu nguping ya?,” Cherly terkejut
“Itu Eragon!!,” Seru Anisa.
Bersambung
Kakak udh tdur?
Eragon tak mengenali nomor yang mengirimi pesan itu. ‘
Belum, ini siapa?
Balas Eragon, tak berapa lama berselang hapenya kembali bergetar
Aku Wenda kakak
“Wenda?, wenda yang mana?,” Eragon mencoba mengingat-ngingat seorang bernama wenda. Namun tak dapat bayangan sedikitpun. Eragon memang seorang pelupa.
Wenda yang mana yah?
Wenda yang sering jenguk kakak di RS, kami bersembilan. Ingt?
Eragon tersenyum kecil. “Akh, begini aja bisa lupa,” pikirnya
Oh, iya.. maaf , saya memang sedikit pelupa
Kakak, udah baikan?
Lumayanlah dik
Besok aku boleh ke rumah kakak?
Mau ketemu Jimzz?
Ketemu kakak donk.
Owh
***
Hari itu hari pertama libur sekolah, agar tetap dapat mengamati perkembangan Eragon, rencana liburan bersama chibi akhirnya dibatalkan. Mereka akhirnya memutuskan hanya menghabiskan satu hari untuk liburan di puncak. Sekedar menikmati alam untuk mengurangi stres setalah harihari memusingkan yang mereka lalui.
“Naik, naik ke puncak gunung, tinggi, tinggi sekali!!!” Gigi bernyanyi di dalam mobil.
“Hus, kayak anak TK kamu gi,” Tegur Cherly
“Ih, akukan memang anak TK,anak Tentara Kura-kura. Ciya!!!,” Gigi menggembungkan dua pipinya sembari mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
“Stres kamu gi?,” Devi memandang wajah Gigi
“Heheh, kan ngilangin stress,” sahut Gigi
“Itu mah bukan ngilangin stress,” potong Christy
“Itu, malah kayak orang stress,” tambah Felly. Anisa yang dari tadi meperhatikan ulah teman-temannya hanya tersenyum.
“Cie cie cie, yang dari kemarin cemberut sekarang bisa senyum,” ledek Cherly
“Ih, apaan sih cher,” Anisa memukul bahu Cherly dengan manja.
“Bay the way, anyway busway, si Wenda kok gak ikut?,” Tanya Anisa
“Oh, katanya lagi sakit,” Jawab Cherly
“Wah, kenapa gak dibatalin aja perginya. Kan bisa besok-besok?,” tanya Anisa lagi
“Aku udah bilang gitu, tapi si Wenda maksa kita tetap pergi,” Jawab Cherly. Anisa manggut-manggut.
“Aneh ya?,” Ryn angkat bicara
“Aneh kenapa?,” Tanya Cherly
“Ingat gak, sebulan yang lalu waktu kita jalan-jalan ke mall terus ninggalin dia yang sedang sakit?,”
“Iya, ingat, ingat,”
“Kan samapi satu minggu gak mau teguran sama kita. Kita dibilangnya gak setia kawan!!!,”
“Iya juga sih. Tapi ya udahlah, dia juga yang nyuruh kita ninggalin dia. Let’s have fun together lah!!!,”
“Ih itukan lagunya Ridho Roma. Jadi kebayang bulu dadanya,” Felly tiba-tiba mengambil alih pembicaraan.
“Kyaaaaa,,,,, Ridho Roma, dasar Fellly, di otaknya gak lain deh. Cowok mulu,” Gerutu Christy
“Ih enggak dong, di otakku juga ada kalian sahabt-sahabatku,” Felly memamerkan senyum terindah yang ia punya.
“So Sweat, sini aku peluk”. Christy memeluk Felly.
Yah begitulah chibi, kalau sedang bersama. Mereka adalah sekelompok ABG yang ceria dan selalu memnyenagkan dan meberi kebahagiaan.
***
Menjelang sorea, 8 chibi memutuskan untuk istirahat sejenak di Villa milik keluarga Cherly sebelumn kembali ke Jakarta. Felly, Christy, Gigi, Ryn, Angel, dan Devi menggunakan waktu istirahat dengan berenag di kolam renang yang tepat berada di tengah-tengah Villa. Anisa dan Cherly lebih memilih untuk santai di balkon.
“Anisa aku mau tanya boleh?,”
“Tanya apa cher?,”
“Tentang cowok yang tertabrak itu?,”
“Oh!!!,” Anisa menundukkan kepalanya
“Maaf, aku mengusik perasaan kamu, tapi aku Cuma pengen tahu apa yng terjadi dengan kamu Anisa,”
“Iya gak papa,”
“lalu, kamu mau cerita. Ada hubungannya dengan Eragon?,”
“Kamu tahu dari mana nama itu?, Wenda cerita. Katanya dia pernah ikut kamu ke makam itu untuk ziarah ke makam Eragon,”.
“Iya dulu waktu SMP, Eragon itu sahabat kecilku, kami sudah seperti kakak beradik. Dia meninggal ketika aku kelas VI SD,”
“terus, cowok itu?,”
“Wajahnya mirip sekali, persis. Wajahnya mengingatkan aku pada Eragon. Aku gak percaya Tuhan kirim orang yang wajahnya mirip seperti itu. apa maksud dari semua ini?,”
“Kalau gak salah namnya Era,”
“Era?,” Anisa terkejut.
“aku sempat mendengar dia menyebut nama Anisa ketika dia melihat fhoto kita bersembilan di hape Wenda” Gigi menjulurkan kepalnya dari balik pintu.
“Ih, kamu nguping ya?,” Cherly terkejut
“Itu Eragon!!,” Seru Anisa.
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Selasa, 16 Agustus 2011
Chibi's Diary Eps#5
“Anisa?, kamu…,” Cherly tak menyelesaikan kalimatnya
“Iya, kenapa kalian di sini?” Tanya Anisa lagi
“kami cari kamu Nisa,” Jelas Devi
“Aku gak papa kok, ayo pulang!,” Anisa menarik tangan cherly
“Ih aneh. Kan kita ke sini mau ngajak kamu pulang, kok kamu yang ngajak kita pulang sih?,” Wenda bingung
“Makanya itu, kalian kan mau ngajak aku pulang, sekarang aku mau pulang. Bersekan?,” Anisa terus menarik tangan cherly. Cherly ikut di belakangnya sambil geleng-geleng kepala. Sebenarnya ia merasa aneh dengan diri Anisa, tapi ia tak mau banyak tanya. Ia tau ini belum saatnya.
Di dalam mobil, anisa tetap diam.
“Jadi kita kemana nih Cher?,” Tanya Devi
“Ya, antar Anisa pulang dulu donk,”.
“Terus?,” Tanya Devi Lagi
“Kamu antarin aku, Wenda, Gigi, dan Ryn,” Jawab Cherly singkat
“Jadi aku kembali ke Rumah Sakit gitu? Enak kalian donk!,” Keluh Devi
“Kamu pulang juga donk, entar sampai di rumah aku suruh tuh Si Yoga buat ngantari Christy, Felly ama Angel ke rumah masing-masing,”.
“Lalu si cakep gimana?,” Tanya Ryn
“Entar Yoga juga kusuruh buat nungguin, beres kan?,”
“Oke, oke, oke, Ting!!!,” Wenda semangat.
***
“Kak Yoga, kak Yoga,” Cherly memanggil Yoga, Supirnya. Ia memanggil supirnya dengan sbutan kaka karena supirnya itu memiliki umur yang hanay sedikit lebih tua dibandingkannya. Yoga yang asli Jogja pernah membantu Ayah Cherly, sebagai balas budi ayah Cherly memberikannya pekerjaan sebagai supir.
“Kak Yoga, ayo bangun!!,” Ujar Cherly seraya mengetok pintu kamar Yoga.
Pintu kamar terbuka.
“Ono opo to cher, malam-malam kok teriak-teriak?,” Tanya Yoga sambil mengucek-ngucek matanya.
“Tolong dong jemput teman-teman aku di Rumah Sakit lalu antarin ke rumah masing-masing,”
“Aduh cherly, aku iki ngantuk tenan, gak bisa besok opo?,” Ujar Yoga dengan ciri khasnya yang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa jawa.
“Kasian donk kak mereka di sana, Plis kakak,” Cherly memohon
“Okelah qalo beqitu, aku cuci muka dulu biar gak ngantuk di jalan,”. Yoga masuk ke kamar. Beberapa saat ia kembali dengan wajah yang masih basah dan sudah berpakaian rapi.
“Oh ya, ngomong-ngomong ngapain tu, teman-teman cherly nang Rumah Saket?,”
“itu, tadi si Devi nabrak orang jadi sekarang meraka yang jaga. Oh ya, entar kalau udag ngantarin mereka kak Yoga balik ke Rumah sakit ya! Gantian jaga,”
“Jadi, aku nginap di Rumah sakit? Hualah, nasibku,” gerutu Yoga
“Kalau gak mau juga gak apa-apa,” Cherly pasang wajah ngambek
“Oke deh Cher, aku berangkat dulu ya!!,” Yoga tidak tega, ia bergegas ke garasi. Cherly tersenyum girang.
***
Esok harinya sepulang sekolah mereka sepakat untuk ke Rumah Sakit.Kecuali Anisa.
“Gimana kak, udah sadar?,” tanya Cherly pada Yoga
“Udah tuh, tapi gak ngomong-ngomong!!!Whoam,” jawab Yoga, jelas sekali ia mengantuk.
“Ya udah kakak balik aja, biar aku di sini sama teman-teman,”. Cherly tau Yoga pasti kecapean.
Cherly, Devi, dan Felly masuk ke kamar tempat cowok itu di rwat. Yang lain menunggu di luar, taku menggangu jika terlalu ramai.
“Kakak baik-baik aja kan?” tanya Cherly pelan. Cowok itu menoleh, tak bereaksi.
“Kakak baik-baik aja kan?” Cherly mengulang pertanyaannya. Cowok itu hanya menunjuk lengan kirinya.
“Oh itu, dokter sudah bilang kok. Maksudnya kakak gak merasakan geger otak gitu? Lupa ingatan?” tanya Cherly. Cowok itu hanya menggeleng.
“Ini Cowok ganteng-ganteng kaok gak bisa ngomong?,” Bisik Felly
“Mungkin karena kecelakaan dia jadi bisu gitu?,” Sahut Wenda juga berbisik
“Hush, kalian ini tetep aja yang diomongin yang aneh-aneh,” Gerutu Cherly.
Selang beberapa saat, pintu di buka. Dua orang cowok seumuran mereka masuk. Jelas sekali mereka masih berseragam SMA.
“Kalian ini siapa? “ tanya Cherly
“Aku Jimz, dan ini Deny. Kami teman Era,” Jawab cowok bernama Jimz itu.
“Era? Era Siapa?,” Tanya Cherly
“Itu Era, bisa sih kami panggil kak Era,” Jimz menunjuk cowok yang terbaring itu.
“jadi namanya Era, kok kalian bisa ada di sini?,” Tanya Wenda
“Tadi kak Era SMS minta kami pergi ke sini, awalnya kami bingung kok kak Era di Rumah Sakit, tapi tadi teman kalian yang di luar udah pada cerita,”.
“Okh, begitu. By The Way kak Era memang gak bisa ngomong atau gimana sih?,” tanya Wenda lagi
“Hush kamu?,” Cherly mencubit lengan Wenda.
“Aduh apaan sih?,” Wenda kesal. Jimz dan Denny tersenyum.
“sebenarnya dia enggak bisu kok, sejak kecelakaan yang menimpanya waktu SMP dia tidak pernah mau ngomong lagi,”.
“Aneh!!,” Bisik Felly.
“Oh ya, kalau kalian ingin pulang silahkan lho. Biar kak Era kami yang jaga,” Denny tiba-tiba nagkat bicara.
“Ok deh makasih ya,” Cherly dan dua temannya beranjak keluar. Pintu ditutup, lalu tiba-tiba di buka lagi.
“Kakak cakep cepat baikan ya!!,” Wajah Felly terlihat di depan pintu, lalu pintu tertutup kembali.
***
Esok harinya, mereka kembali ke menjenguk Era di Rumah Sakit. Mereka yang menabrak, tentu mereka merasa tidak bertanggung jawab kalau mereka tidak memberikan perhatian. Namun Anisa tetap saja menolak untuk ikut dengan berbagai alasan. Akhirnya mereka berdelapan dengan terpaksa meninggalkan Anisa.
Kali ini mereka masuk bersama ke dalam kamar tempat Era di rawat.
“Gimana kak udah baikan?,” tanya Angel pada Era. Era tetap saja diam.
“Jimz dan Dennny sekolah ya?,” tanya Wenda. Era mengangguk.
Begitulah selanjutnya, suasana di isi pertanyaan dari chibi dan di jawab dengan diam, anggukan atau gelengan dari Era. Namun mereka tetap senang bisa menemani Era sebelum Jimz dan Denny datang.
“Jimzz, dan Denny lama banget ya?,” Gerutu Angel setelah lama menunggu. Era tersenyum, ia tahu delapan cewek di sisinya mulai lelah menunggu. Era mengeluarkan Hapenya, wajahnya kecewa. Ternyata baterainya hapenya kosong.
“Mau pinjam hape aku kak?,” tanya Wenda mengulurkan hapenya. Era mengangguk. Ia ingin mengirim pesan pada Jimzz dan Denny agar segera ke rumah sakit agar kedelapan cewek itu dapat segera pulang.
Namun, saat Era memegang Hape Wenda ia terdiam meperhetaikan sesuatu. Diaamatinya layar hape itu dalam-dalam.
“kakak ngapain? Kok diam gitu. Wallpapernya kan fhoto kami bersembilan,” tanya wenda. Era menunjukka satu wajah yang tidak ada di ruangan itu.
“oh, itu teman kami. Kebetulan gak ikut. Namanya …” Weenda tak melanjutkan kalimatnya. Era tiba-tiba memotong ..
“Anisa”, suara kecil keluar dari mulut Era
Bersambung
“Iya, kenapa kalian di sini?” Tanya Anisa lagi
“kami cari kamu Nisa,” Jelas Devi
“Aku gak papa kok, ayo pulang!,” Anisa menarik tangan cherly
“Ih aneh. Kan kita ke sini mau ngajak kamu pulang, kok kamu yang ngajak kita pulang sih?,” Wenda bingung
“Makanya itu, kalian kan mau ngajak aku pulang, sekarang aku mau pulang. Bersekan?,” Anisa terus menarik tangan cherly. Cherly ikut di belakangnya sambil geleng-geleng kepala. Sebenarnya ia merasa aneh dengan diri Anisa, tapi ia tak mau banyak tanya. Ia tau ini belum saatnya.
Di dalam mobil, anisa tetap diam.
“Jadi kita kemana nih Cher?,” Tanya Devi
“Ya, antar Anisa pulang dulu donk,”.
“Terus?,” Tanya Devi Lagi
“Kamu antarin aku, Wenda, Gigi, dan Ryn,” Jawab Cherly singkat
“Jadi aku kembali ke Rumah Sakit gitu? Enak kalian donk!,” Keluh Devi
“Kamu pulang juga donk, entar sampai di rumah aku suruh tuh Si Yoga buat ngantari Christy, Felly ama Angel ke rumah masing-masing,”.
“Lalu si cakep gimana?,” Tanya Ryn
“Entar Yoga juga kusuruh buat nungguin, beres kan?,”
“Oke, oke, oke, Ting!!!,” Wenda semangat.
***
“Kak Yoga, kak Yoga,” Cherly memanggil Yoga, Supirnya. Ia memanggil supirnya dengan sbutan kaka karena supirnya itu memiliki umur yang hanay sedikit lebih tua dibandingkannya. Yoga yang asli Jogja pernah membantu Ayah Cherly, sebagai balas budi ayah Cherly memberikannya pekerjaan sebagai supir.
“Kak Yoga, ayo bangun!!,” Ujar Cherly seraya mengetok pintu kamar Yoga.
Pintu kamar terbuka.
“Ono opo to cher, malam-malam kok teriak-teriak?,” Tanya Yoga sambil mengucek-ngucek matanya.
“Tolong dong jemput teman-teman aku di Rumah Sakit lalu antarin ke rumah masing-masing,”
“Aduh cherly, aku iki ngantuk tenan, gak bisa besok opo?,” Ujar Yoga dengan ciri khasnya yang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa jawa.
“Kasian donk kak mereka di sana, Plis kakak,” Cherly memohon
“Okelah qalo beqitu, aku cuci muka dulu biar gak ngantuk di jalan,”. Yoga masuk ke kamar. Beberapa saat ia kembali dengan wajah yang masih basah dan sudah berpakaian rapi.
“Oh ya, ngomong-ngomong ngapain tu, teman-teman cherly nang Rumah Saket?,”
“itu, tadi si Devi nabrak orang jadi sekarang meraka yang jaga. Oh ya, entar kalau udag ngantarin mereka kak Yoga balik ke Rumah sakit ya! Gantian jaga,”
“Jadi, aku nginap di Rumah sakit? Hualah, nasibku,” gerutu Yoga
“Kalau gak mau juga gak apa-apa,” Cherly pasang wajah ngambek
“Oke deh Cher, aku berangkat dulu ya!!,” Yoga tidak tega, ia bergegas ke garasi. Cherly tersenyum girang.
***
Esok harinya sepulang sekolah mereka sepakat untuk ke Rumah Sakit.Kecuali Anisa.
“Gimana kak, udah sadar?,” tanya Cherly pada Yoga
“Udah tuh, tapi gak ngomong-ngomong!!!Whoam,” jawab Yoga, jelas sekali ia mengantuk.
“Ya udah kakak balik aja, biar aku di sini sama teman-teman,”. Cherly tau Yoga pasti kecapean.
Cherly, Devi, dan Felly masuk ke kamar tempat cowok itu di rwat. Yang lain menunggu di luar, taku menggangu jika terlalu ramai.
“Kakak baik-baik aja kan?” tanya Cherly pelan. Cowok itu menoleh, tak bereaksi.
“Kakak baik-baik aja kan?” Cherly mengulang pertanyaannya. Cowok itu hanya menunjuk lengan kirinya.
“Oh itu, dokter sudah bilang kok. Maksudnya kakak gak merasakan geger otak gitu? Lupa ingatan?” tanya Cherly. Cowok itu hanya menggeleng.
“Ini Cowok ganteng-ganteng kaok gak bisa ngomong?,” Bisik Felly
“Mungkin karena kecelakaan dia jadi bisu gitu?,” Sahut Wenda juga berbisik
“Hush, kalian ini tetep aja yang diomongin yang aneh-aneh,” Gerutu Cherly.
Selang beberapa saat, pintu di buka. Dua orang cowok seumuran mereka masuk. Jelas sekali mereka masih berseragam SMA.
“Kalian ini siapa? “ tanya Cherly
“Aku Jimz, dan ini Deny. Kami teman Era,” Jawab cowok bernama Jimz itu.
“Era? Era Siapa?,” Tanya Cherly
“Itu Era, bisa sih kami panggil kak Era,” Jimz menunjuk cowok yang terbaring itu.
“jadi namanya Era, kok kalian bisa ada di sini?,” Tanya Wenda
“Tadi kak Era SMS minta kami pergi ke sini, awalnya kami bingung kok kak Era di Rumah Sakit, tapi tadi teman kalian yang di luar udah pada cerita,”.
“Okh, begitu. By The Way kak Era memang gak bisa ngomong atau gimana sih?,” tanya Wenda lagi
“Hush kamu?,” Cherly mencubit lengan Wenda.
“Aduh apaan sih?,” Wenda kesal. Jimz dan Denny tersenyum.
“sebenarnya dia enggak bisu kok, sejak kecelakaan yang menimpanya waktu SMP dia tidak pernah mau ngomong lagi,”.
“Aneh!!,” Bisik Felly.
“Oh ya, kalau kalian ingin pulang silahkan lho. Biar kak Era kami yang jaga,” Denny tiba-tiba nagkat bicara.
“Ok deh makasih ya,” Cherly dan dua temannya beranjak keluar. Pintu ditutup, lalu tiba-tiba di buka lagi.
“Kakak cakep cepat baikan ya!!,” Wajah Felly terlihat di depan pintu, lalu pintu tertutup kembali.
***
Esok harinya, mereka kembali ke menjenguk Era di Rumah Sakit. Mereka yang menabrak, tentu mereka merasa tidak bertanggung jawab kalau mereka tidak memberikan perhatian. Namun Anisa tetap saja menolak untuk ikut dengan berbagai alasan. Akhirnya mereka berdelapan dengan terpaksa meninggalkan Anisa.
Kali ini mereka masuk bersama ke dalam kamar tempat Era di rawat.
“Gimana kak udah baikan?,” tanya Angel pada Era. Era tetap saja diam.
“Jimz dan Dennny sekolah ya?,” tanya Wenda. Era mengangguk.
Begitulah selanjutnya, suasana di isi pertanyaan dari chibi dan di jawab dengan diam, anggukan atau gelengan dari Era. Namun mereka tetap senang bisa menemani Era sebelum Jimz dan Denny datang.
“Jimzz, dan Denny lama banget ya?,” Gerutu Angel setelah lama menunggu. Era tersenyum, ia tahu delapan cewek di sisinya mulai lelah menunggu. Era mengeluarkan Hapenya, wajahnya kecewa. Ternyata baterainya hapenya kosong.
“Mau pinjam hape aku kak?,” tanya Wenda mengulurkan hapenya. Era mengangguk. Ia ingin mengirim pesan pada Jimzz dan Denny agar segera ke rumah sakit agar kedelapan cewek itu dapat segera pulang.
Namun, saat Era memegang Hape Wenda ia terdiam meperhetaikan sesuatu. Diaamatinya layar hape itu dalam-dalam.
“kakak ngapain? Kok diam gitu. Wallpapernya kan fhoto kami bersembilan,” tanya wenda. Era menunjukka satu wajah yang tidak ada di ruangan itu.
“oh, itu teman kami. Kebetulan gak ikut. Namanya …” Weenda tak melanjutkan kalimatnya. Era tiba-tiba memotong ..
“Anisa”, suara kecil keluar dari mulut Era
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Minggu, 07 Agustus 2011
Chibi's Diary Episode #4
“gimana? Ada yang udah nemuin Anisa?,” tanya Cherly mulai panik
“Belum” jawab Felly mengangguk lesu.
“Aduh gimana nih? Hari udah mulai malam?,” Devi mulai cemas
“tenang dulu, kita coba telepon kak dinda, mungkin saja Anisa sudah pulang ke kostan,” usul Cherly. Kak Dinda adalah kakak kandung Anisa. Sejak masuk SMP Anisa sudah tinggal di kostan bersamanya. Entah kenapa, Anisa bersikeras untuk tinggal di jakarta.
“kalau belum gimana? Entar kita yang disalahin,” Angel kurang yakin dengan ide cherly
“jadi gimana dong?,” Cherly mulai bingung
“Telepon aja cher, aku yakin kak Dinda gak akan marah kok,” Felly meyakinkan. Cherly mengeluarkan hhandphone dari tasnya.
“Ups, tunggu!!!!,” gigi
“Aduh apa lagi sih gusi?,” Felly kesal
“enak aja gusi, nama aku gigi kakak. Huh,” gerutu Gigi
“Iya ada apa?” tanya Cerly
“itu, tadi si Anisa ada ngetwit, dia nyebut nama Eragon gitu,”. Jawab gigi
“Eragon? Ada yang tau siapa?,” tanya cherly
“Kayaknya aku pernah dengar deh,” jawab Wenda
“Iya aku juga,” sambung christy
“jadi siapa?,” tanya Cherly
“Lupa,” jawab Wenda malu
“Aku juga lupa,” Christy cengengesan.
“ya udah, sekalian aku tanya sama kak Dinda deh,”. Cherly mencari tempat yang cukup sepi agar bicaranya tidak terganggu. Wajhanya serius, tak lama kemudian ia kembali mnemeui sahabta-sahabatnya yang menanti cemas.
“Gimana? “ tanya Devi
“iya gimana?,” tambah Ryn
“Gimana kakak?,” tanya gigi pula. Inilah yang lucu dari chibi, kalau sedang cemas mereka sering bertanya dengan pertanyaa yang sama.
“Aduh, mulai deh ya!!!,,” Cherly kesal. Mungkin semua yang terjadi hari itu telah membuatnya demikain stress. “Anisa belum pulang.” Tambahnya.
“lalu, kita harus cari kemana?,”
“kita Dinda tadi menyuruh kita menuju suatu tempat,”
“kemana?,”. tanya Devi
“kamu tahu alamat ini?,” tanya Cherly
“Tahu Cher,” jawabnya
“Gini, aku, Devi, Gigi, Ryn, dan Wenda kesana. Kalian bertiga tetap di sini, takut terjadi sesuatu dengan cowok tadi atau mungkin Anisa kembali ke sini.” Cherly kembali membagi tugas.
***
VW itu berlari menembus malam, sesekali harus merayap mengantri dalam kemacetan yang tak panjang. Hingga tibalah mereka di suatu tempat yang cukup sepi.
“Tempat apa ini?,” tanya Devi
“Serem kakak,” Gigi merapatkan tubuhnya pada Wenda sambil mengamati sekitar.
“ini kuburan,” sahut Cherly
“kuburan?, kenapa gak bilang kita mau ke kuburan?,” tanya Devi
“kalau aku bilang, kalian pasti gak ada yang mau ikut. Lagian kita kan ramai, kenapa harus takut,” sahtu Cherly
“kayaknya Anisa gak mungkin ke tempat seperti ini deh!!!,” Wenda mengalihkan pandangan ke sekitar mobil.
“tapi kak Dinda, yakin Anisa ke sini,”. Kata Cherly meyakinkan. Sesungguhnya ia juga takut, tapi demi sahabatnya apapun ia lakukan.
“untuk apa dia kesini?,” tanya Ryn penasaran
“untuk Eragon, dia kesini menemui Eragon,” Wenda tiba-tiba ingat sesuatu
“Siapa Eragon?, Eragon tinggal di sini?,” Ryn masih penasaran
“di sini ada makam Eragon, sahabat kecilnya ketika SD. Aku baru ingat nama itu, Anisa pernah mengajakku dan Christy ke sini tiga tahun yang lalu,”. Jawab Wenda
“agar tetap dapat pergi ke makam Eragon, ia bersikeras untuk tinggal di Jakarta sejak SMP,” lanjut Wenda.
***
Lima gadis cantik itu melangkah perlahan menyusuri jalan pemakaman di bawah sinar lampu yang nyaris tidak memberikan terang sama-sekali. Tampak sekali rasa takut yang terpancar dari wajah mereka, mereka saling memegang tangan satu sama lain.
“Yakin, Anisa di sini?,” Ryn berbisik, ia gelisah
“Sudah, kita cari aja dulu!!,” sahut Cherly juga berbisik
“Aku takut,” rengek gigi
“Aku juga takut kalik!, tapi kalau gak dicari gimana kita nemuin Anisa. Taku terjadi apa-apa sama dia,” balas Cherly
Hampr satu jam mereka berkeliling, dan hasilnya nihil.
“Sial banget deh nasib kita hari ini,” gerutu Gigi
“ngeluhnya nanti aja, kita terus cari Anisa dulu!!” Cherly terus mengedarkan pandangan ke sekitar.
“kayaknya gak ada deh Cher, kita udah tiga kali lho kelilingnya,”. Wenda mulai menyerah
“Aw!!!!!!!!!!,” Ryn tiba-tiba berteriak. Sontak mereka terkejut dan berpelukan satu sama lain.
“Ada apa?” tanya Cherly
“banyak semut dikakiku,” jawab Ryn. Mereka melepaskan pelukan.
“kamu tuh Ryn, bikin kita kaget aja,” gerutu Devi
“Ya, udah deh, kayaknya Anisa emang gak d sini, kita pulang saja!,” Cherly menyerah. Mereka beriringan keluar makam.
“Kenapa kalian di sini?,” sebuah suara tiba-tiba muncul dari balik kegelapan.
Bersambung
“Belum” jawab Felly mengangguk lesu.
“Aduh gimana nih? Hari udah mulai malam?,” Devi mulai cemas
“tenang dulu, kita coba telepon kak dinda, mungkin saja Anisa sudah pulang ke kostan,” usul Cherly. Kak Dinda adalah kakak kandung Anisa. Sejak masuk SMP Anisa sudah tinggal di kostan bersamanya. Entah kenapa, Anisa bersikeras untuk tinggal di jakarta.
“kalau belum gimana? Entar kita yang disalahin,” Angel kurang yakin dengan ide cherly
“jadi gimana dong?,” Cherly mulai bingung
“Telepon aja cher, aku yakin kak Dinda gak akan marah kok,” Felly meyakinkan. Cherly mengeluarkan hhandphone dari tasnya.
“Ups, tunggu!!!!,” gigi
“Aduh apa lagi sih gusi?,” Felly kesal
“enak aja gusi, nama aku gigi kakak. Huh,” gerutu Gigi
“Iya ada apa?” tanya Cerly
“itu, tadi si Anisa ada ngetwit, dia nyebut nama Eragon gitu,”. Jawab gigi
“Eragon? Ada yang tau siapa?,” tanya cherly
“Kayaknya aku pernah dengar deh,” jawab Wenda
“Iya aku juga,” sambung christy
“jadi siapa?,” tanya Cherly
“Lupa,” jawab Wenda malu
“Aku juga lupa,” Christy cengengesan.
“ya udah, sekalian aku tanya sama kak Dinda deh,”. Cherly mencari tempat yang cukup sepi agar bicaranya tidak terganggu. Wajhanya serius, tak lama kemudian ia kembali mnemeui sahabta-sahabatnya yang menanti cemas.
“Gimana? “ tanya Devi
“iya gimana?,” tambah Ryn
“Gimana kakak?,” tanya gigi pula. Inilah yang lucu dari chibi, kalau sedang cemas mereka sering bertanya dengan pertanyaa yang sama.
“Aduh, mulai deh ya!!!,,” Cherly kesal. Mungkin semua yang terjadi hari itu telah membuatnya demikain stress. “Anisa belum pulang.” Tambahnya.
“lalu, kita harus cari kemana?,”
“kita Dinda tadi menyuruh kita menuju suatu tempat,”
“kemana?,”. tanya Devi
“kamu tahu alamat ini?,” tanya Cherly
“Tahu Cher,” jawabnya
“Gini, aku, Devi, Gigi, Ryn, dan Wenda kesana. Kalian bertiga tetap di sini, takut terjadi sesuatu dengan cowok tadi atau mungkin Anisa kembali ke sini.” Cherly kembali membagi tugas.
***
VW itu berlari menembus malam, sesekali harus merayap mengantri dalam kemacetan yang tak panjang. Hingga tibalah mereka di suatu tempat yang cukup sepi.
“Tempat apa ini?,” tanya Devi
“Serem kakak,” Gigi merapatkan tubuhnya pada Wenda sambil mengamati sekitar.
“ini kuburan,” sahut Cherly
“kuburan?, kenapa gak bilang kita mau ke kuburan?,” tanya Devi
“kalau aku bilang, kalian pasti gak ada yang mau ikut. Lagian kita kan ramai, kenapa harus takut,” sahtu Cherly
“kayaknya Anisa gak mungkin ke tempat seperti ini deh!!!,” Wenda mengalihkan pandangan ke sekitar mobil.
“tapi kak Dinda, yakin Anisa ke sini,”. Kata Cherly meyakinkan. Sesungguhnya ia juga takut, tapi demi sahabatnya apapun ia lakukan.
“untuk apa dia kesini?,” tanya Ryn penasaran
“untuk Eragon, dia kesini menemui Eragon,” Wenda tiba-tiba ingat sesuatu
“Siapa Eragon?, Eragon tinggal di sini?,” Ryn masih penasaran
“di sini ada makam Eragon, sahabat kecilnya ketika SD. Aku baru ingat nama itu, Anisa pernah mengajakku dan Christy ke sini tiga tahun yang lalu,”. Jawab Wenda
“agar tetap dapat pergi ke makam Eragon, ia bersikeras untuk tinggal di Jakarta sejak SMP,” lanjut Wenda.
***
Lima gadis cantik itu melangkah perlahan menyusuri jalan pemakaman di bawah sinar lampu yang nyaris tidak memberikan terang sama-sekali. Tampak sekali rasa takut yang terpancar dari wajah mereka, mereka saling memegang tangan satu sama lain.
“Yakin, Anisa di sini?,” Ryn berbisik, ia gelisah
“Sudah, kita cari aja dulu!!,” sahut Cherly juga berbisik
“Aku takut,” rengek gigi
“Aku juga takut kalik!, tapi kalau gak dicari gimana kita nemuin Anisa. Taku terjadi apa-apa sama dia,” balas Cherly
Hampr satu jam mereka berkeliling, dan hasilnya nihil.
“Sial banget deh nasib kita hari ini,” gerutu Gigi
“ngeluhnya nanti aja, kita terus cari Anisa dulu!!” Cherly terus mengedarkan pandangan ke sekitar.
“kayaknya gak ada deh Cher, kita udah tiga kali lho kelilingnya,”. Wenda mulai menyerah
“Aw!!!!!!!!!!,” Ryn tiba-tiba berteriak. Sontak mereka terkejut dan berpelukan satu sama lain.
“Ada apa?” tanya Cherly
“banyak semut dikakiku,” jawab Ryn. Mereka melepaskan pelukan.
“kamu tuh Ryn, bikin kita kaget aja,” gerutu Devi
“Ya, udah deh, kayaknya Anisa emang gak d sini, kita pulang saja!,” Cherly menyerah. Mereka beriringan keluar makam.
“Kenapa kalian di sini?,” sebuah suara tiba-tiba muncul dari balik kegelapan.
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Selasa, 02 Agustus 2011
Chibi's Diary Eps#3
Bandung, 2005
“Anis!!!, Anisa!!!,”
“Iya, ma!”. Seorang gadis kecil berumur 12 berlari-lari kecil menuju dapur menemui ibunya.
“Kamu bantu ibu ya!,”
“kok ibu masaknya banyak sih?,”
“kamu belum tahu ya Nis, Om Tio kan hari ini dateng dari Jakarta”
“Om Tio yang bos bapak itu?,”
“Iya, sama anaknya juga lho!!!,”
“Om Tio itu aneh ya bu, “
“Aneh kenapa nis?,”
“kan om Tio orang kaya tuh, kok tiap ke Bandung pasti nginap di rumah kita.,”
“Kamu enggak senang Om Tio tinggal di sini?,”
“Enggak bukan gitu, aneh aja,”
“Om Tio kan deket banget sama bapakmu, katanya kalau diam di sini dia merasa seperti rumah sendiri,”.
Anisa hanya tersenyum kecil.
Jam 09.00 sebuah mobil jeep memasuki halaman rumah.
“Om Tio!!!” seru Anisa sambil berlari-lari kecil memeluk Om Tio. Karena Om Tio memang sering menginap di rumah mereka Anisa telah menganggap Om Tio sebagai Pamannya.
“Ragon!!!, sini!!!,” Om Tio memanggil seseorang dari dalam mobil. Anisa mengernyidtkan dahinya, nama yang enh pikirnya. Seorang anak laki-laki yang mungkin 2 tahun lebih tua dari Anisa keluar dari mobil, ekspresinya datar.
“Anisa, ini anak Om, namanya Eragon. Eragon, ini Anisa,”. Anisa mengulurkan tangannya, Eragon menyambutnya dengan dingin. Anisa terus tersenyum, pikirnya Eragon pasti sedang kecapean senhingga tingkahnya aneh begitu. Ternyata pikiran Anisa salah, hingga malam Eragon diam seribu bahasa.
***
“Meong, meong,”.
“Chucky, sini chucky!!!, kita main ya!!!,” Anisa mengelus kucing kesayangannya.
“Meong, Meong,”.
“ih, kamu tu yah!!! Ayo dong main sama aku,”. Tanpa ia sadari Eragon sejak tadi berdiri di belakanganya.
“Itu kucing kamu?,” tanya Eragon pelan.
“Iya, ini kucingku, kamu suka kucing juga?,”. Eragon mengangguk pelan lalu meninggalkan Anisa dan kucingnya.
“Aneh ya anak itu,” Anisa kembali berbicara dengan kucingnya.
“Meong, meong, meong, meong,” Chucky melompat dari pangkuan Anisa dan mengejar Eragon. Anisa mengikuti perlahan. Dilihatnya Chcuky naik ke pangkuan Eragon yang sedang sendiri di taman. Kalau pagi seperti ini yang tinggal di Rumah hanya Eragon dan Anisa. Kaum bapak mengurusi proyek, sedangkan ibu Anisa harus mengajar, ia seorang guru.
Eragon mengelus-ngelus Chucky, matanya menerawang memandang langit. Entah apa yang dipikirkannya. Anisa mengintip dari balik pintu.
“Anak cewek kok ngontip gitu, gak baik tau!,” seru Eragon. Anisa keluar dari balik pintu dengan raut muka merah padam. Ia tak menyangka, kalau Eragon menyadari Anisa mengamatinya,
“Maaf, a..a..aku enggak mau ganggu kamu,”. Eragon tersenyum, senyum yang indah sekali. Senyjm pertama yang ia perlihatkan sejak datang ke rumah itu.
“Enggak apa-apa kok, maaf aku bersifat dingin pada kalian semua di rumah ini,”.
“Iya enggak apa-apa kok kak,” Anisa membalasa senyum.
“kamu kelas berapa?,”
“Kelas enam kak,kakak?,”
“kelas 2 SMP!!,” jawabnya singkat.
Sejak hari itu, Eragon mulai akrab dengan Anisa. Namun Anisa tetap bingung dengan perubahan Eragon yang tiba-tiba. Ia tak berani bertanya karena takut Eragon tersinggung.
***
Eragon kadang pendiam, di waktu lain bisa sangat menyenangkan. Baggi Anisa Eragon bukan manusia biasa. Manusia yang misterius namun menyenangkan. Kini setiap liburan Eragon selalu ikut ayahnya jika ke Bandung. Di waktu lain, Anisa yang ikut ayahnya berkunjung ke Jakarta. Kalau sedang bersama Kedekatannya keduanya bagaikan kakak beradik. Dimana ada Anisa di situ Eragon, dimana adaEragon disitu ada eragon.
“kau tahu, aku tak pernah karab dengan siapapun selain kamu?,” tanya Eragon
“benarkah?, kok gitu?,”
“sejak kecil, aku memang tidak pernah bergaul dengan anak-anak lain. Aku hidup dengan kesendirianku,”
“lalu?,”
“lalu kau mengenalmu, dan aku menemukan keramahan dalam dirimu. Walaupun aku cuek sama kamu, kamu tetap baik sama aku. Kau mengajarkan betatap berarti sahabat,”. Anisa termenung.
“Anisa, kamu mau kan tetap menjadi sahabtaku sampai kapanpun?,”. anisa mengangguk.
“Cie..cie..cie pacaran niye!!!,” meline, adik Eragon yang berusia 11 tahun tiba-tiba muncul di belakang mereka.
“Apaan sih kamu, ganggu aja,” Eragon kesal
“kakak , sama adikmu gak boleh gitu ih,, sini Mel main sama kakak yuk,”
“Ye.. kak Anisa belain Meline tuh , Weee” Meline menjulurkan lidahnya pada Eragon sambil berlari menarik tangan Anisa.
“ih, kamu ya,” Eragon hendak mengejar Meline namun Anisa menenangkannya.
***
Sore Hari, Bandung, 23 Mei 2006
“Kriiiiiing”, Dering telepon memecah kesunyian sore. Ibu Anisa mengangkat Telepon.
“Iya Hallo,”. Sambutnya
“Apa? Innalillahwainnailaihiraji’iun”
“Iya, iya, papa hati-hati ya dijalan!!,”.
“ada apa ma?,” tanya Anisa yang sejak dari tadi mengamati dari jauh.
“Ayahmu tidak pulang, papamu langsung pergi melayat ke Jakarta,”.
“Memangnya ada apa?,” Tanya Anisa Penasaran
“Om Tio sekeluarga mengalami kecelakaan maut,”
“Eragon?,”
“Eragon ikut beserta ayah ibunya, hanya Meline yang tinggal di rumah,”. Anisa berlari masuk ke kamar. Ia tak mampu menahan tangis.
Bersambung
“Anis!!!, Anisa!!!,”
“Iya, ma!”. Seorang gadis kecil berumur 12 berlari-lari kecil menuju dapur menemui ibunya.
“Kamu bantu ibu ya!,”
“kok ibu masaknya banyak sih?,”
“kamu belum tahu ya Nis, Om Tio kan hari ini dateng dari Jakarta”
“Om Tio yang bos bapak itu?,”
“Iya, sama anaknya juga lho!!!,”
“Om Tio itu aneh ya bu, “
“Aneh kenapa nis?,”
“kan om Tio orang kaya tuh, kok tiap ke Bandung pasti nginap di rumah kita.,”
“Kamu enggak senang Om Tio tinggal di sini?,”
“Enggak bukan gitu, aneh aja,”
“Om Tio kan deket banget sama bapakmu, katanya kalau diam di sini dia merasa seperti rumah sendiri,”.
Anisa hanya tersenyum kecil.
Jam 09.00 sebuah mobil jeep memasuki halaman rumah.
“Om Tio!!!” seru Anisa sambil berlari-lari kecil memeluk Om Tio. Karena Om Tio memang sering menginap di rumah mereka Anisa telah menganggap Om Tio sebagai Pamannya.
“Ragon!!!, sini!!!,” Om Tio memanggil seseorang dari dalam mobil. Anisa mengernyidtkan dahinya, nama yang enh pikirnya. Seorang anak laki-laki yang mungkin 2 tahun lebih tua dari Anisa keluar dari mobil, ekspresinya datar.
“Anisa, ini anak Om, namanya Eragon. Eragon, ini Anisa,”. Anisa mengulurkan tangannya, Eragon menyambutnya dengan dingin. Anisa terus tersenyum, pikirnya Eragon pasti sedang kecapean senhingga tingkahnya aneh begitu. Ternyata pikiran Anisa salah, hingga malam Eragon diam seribu bahasa.
***
“Meong, meong,”.
“Chucky, sini chucky!!!, kita main ya!!!,” Anisa mengelus kucing kesayangannya.
“Meong, Meong,”.
“ih, kamu tu yah!!! Ayo dong main sama aku,”. Tanpa ia sadari Eragon sejak tadi berdiri di belakanganya.
“Itu kucing kamu?,” tanya Eragon pelan.
“Iya, ini kucingku, kamu suka kucing juga?,”. Eragon mengangguk pelan lalu meninggalkan Anisa dan kucingnya.
“Aneh ya anak itu,” Anisa kembali berbicara dengan kucingnya.
“Meong, meong, meong, meong,” Chucky melompat dari pangkuan Anisa dan mengejar Eragon. Anisa mengikuti perlahan. Dilihatnya Chcuky naik ke pangkuan Eragon yang sedang sendiri di taman. Kalau pagi seperti ini yang tinggal di Rumah hanya Eragon dan Anisa. Kaum bapak mengurusi proyek, sedangkan ibu Anisa harus mengajar, ia seorang guru.
Eragon mengelus-ngelus Chucky, matanya menerawang memandang langit. Entah apa yang dipikirkannya. Anisa mengintip dari balik pintu.
“Anak cewek kok ngontip gitu, gak baik tau!,” seru Eragon. Anisa keluar dari balik pintu dengan raut muka merah padam. Ia tak menyangka, kalau Eragon menyadari Anisa mengamatinya,
“Maaf, a..a..aku enggak mau ganggu kamu,”. Eragon tersenyum, senyum yang indah sekali. Senyjm pertama yang ia perlihatkan sejak datang ke rumah itu.
“Enggak apa-apa kok, maaf aku bersifat dingin pada kalian semua di rumah ini,”.
“Iya enggak apa-apa kok kak,” Anisa membalasa senyum.
“kamu kelas berapa?,”
“Kelas enam kak,kakak?,”
“kelas 2 SMP!!,” jawabnya singkat.
Sejak hari itu, Eragon mulai akrab dengan Anisa. Namun Anisa tetap bingung dengan perubahan Eragon yang tiba-tiba. Ia tak berani bertanya karena takut Eragon tersinggung.
***
Eragon kadang pendiam, di waktu lain bisa sangat menyenangkan. Baggi Anisa Eragon bukan manusia biasa. Manusia yang misterius namun menyenangkan. Kini setiap liburan Eragon selalu ikut ayahnya jika ke Bandung. Di waktu lain, Anisa yang ikut ayahnya berkunjung ke Jakarta. Kalau sedang bersama Kedekatannya keduanya bagaikan kakak beradik. Dimana ada Anisa di situ Eragon, dimana adaEragon disitu ada eragon.
“kau tahu, aku tak pernah karab dengan siapapun selain kamu?,” tanya Eragon
“benarkah?, kok gitu?,”
“sejak kecil, aku memang tidak pernah bergaul dengan anak-anak lain. Aku hidup dengan kesendirianku,”
“lalu?,”
“lalu kau mengenalmu, dan aku menemukan keramahan dalam dirimu. Walaupun aku cuek sama kamu, kamu tetap baik sama aku. Kau mengajarkan betatap berarti sahabat,”. Anisa termenung.
“Anisa, kamu mau kan tetap menjadi sahabtaku sampai kapanpun?,”. anisa mengangguk.
“Cie..cie..cie pacaran niye!!!,” meline, adik Eragon yang berusia 11 tahun tiba-tiba muncul di belakang mereka.
“Apaan sih kamu, ganggu aja,” Eragon kesal
“kakak , sama adikmu gak boleh gitu ih,, sini Mel main sama kakak yuk,”
“Ye.. kak Anisa belain Meline tuh , Weee” Meline menjulurkan lidahnya pada Eragon sambil berlari menarik tangan Anisa.
“ih, kamu ya,” Eragon hendak mengejar Meline namun Anisa menenangkannya.
***
Sore Hari, Bandung, 23 Mei 2006
“Kriiiiiing”, Dering telepon memecah kesunyian sore. Ibu Anisa mengangkat Telepon.
“Iya Hallo,”. Sambutnya
“Apa? Innalillahwainnailaihiraji’iun”
“Iya, iya, papa hati-hati ya dijalan!!,”.
“ada apa ma?,” tanya Anisa yang sejak dari tadi mengamati dari jauh.
“Ayahmu tidak pulang, papamu langsung pergi melayat ke Jakarta,”.
“Memangnya ada apa?,” Tanya Anisa Penasaran
“Om Tio sekeluarga mengalami kecelakaan maut,”
“Eragon?,”
“Eragon ikut beserta ayah ibunya, hanya Meline yang tinggal di rumah,”. Anisa berlari masuk ke kamar. Ia tak mampu menahan tangis.
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Rabu, 27 Juli 2011
Chibi's Diary Episode#2
“Imut banget!!!,” seru angel
“Ganteng tau” sanggah Felly
“Imut!!,” Angel tak mau kalah
“Ganteng!!!,” Felly juga tak mau kalah
“I to the M to the U to the T, IMUT,” Angel bersikukuh
“G to the A to the N to the T to the E to the N to the G, GANTENG,” Felly tetap tak mau kalah.
“Aduduh, pusing deh ah, kok gitu aja diributin, entar gue nabrak lagi ni,” Devi Kesal. Wajahnya masih khawatir. Memang wajah cowok itu sungguh mempesona, kulitnya putih hidungnya bangir rambutnya panjang dengan sedikit poni yang menutup alis. Di pojok belakang mobil Anisa tidak bereaksi apa-apa. Ada seuatu di pikirannya. Entah apa? Tidak ada yang tahu.
“Anisa kamu kenapa?” tanya cherly, ia baru saja menyadari bahwa sejak helm yang dikenakan cowok itu dibuka anisa hanya tercengang kemudian memalingkan wajahnya. Menanggapi pertanyaan cherly Anisa hanya diam. Matanya menatap keluar dengan tatapan kosong.
“Anisa? Kamu dengar aku?,”. tanya cherly lagi. Anisa tetap diam. Tubuhnya menag sedang di dalam mobil yang sesak dengan sepuluh orang di dalamnya itu, tapi rohnya tengah melayang entah kemana.
“Mungkin Anisa shock Mamy,” Wenda menatap Anisa dengan wajah perihatin.
“Tapi aku enggak pernah lihat Anisa kayak gini sebelumnya lo,” Cherly masih bingung.
“Iya aku juga ,” gigi menimpali. Satu-satunya chibi yang dalam pejalanan tidak banyak bicara.
“Sudahlah, entar juga baikan kok. Biarin deh,” Devi mencairkan suasana.
“Aw!!!,” seru Angel,
“Ada apa lagi Angel?,” tanya Ryn yang duduk tepat di samping Angel.
“Ta..ta..tanganku,” angel menunjuk tangan kirinya yang tanpa sengaja diduduki oleh Ryn.
“Aduh, Sorry Angel,” Ryn membiarkan Angel menarik tangannya.
“Hmmm,,, lecet gak ya?,” Angel mengelus-ngelus tangannya
“Idih, lebay deh kamu!!!,” Cibir Ryn. Angel hanya tersenyum.
“Aneh lu pada, kondisi gawat masih aja ngefun,” Devi terlihat masih khawatir. Bagaimnapaun juga ia yang menyetir, ia merasa bersalah.
“Aduh Devi ya, gag usah terlalu dipikirin gituh deh ah,” Gumam Christy
“gak dipikirin gimana?. Bayangin deh kalau ternyata dia geger otak terus amnesia atau gak sadar-sadar terus koma berbulan-bulan, atau malah pas sampai di rumah sakit dianya udah gak nafas. Gimana?,”
“Yah mikirnya jauh-jauh amat sih?,” Ujar christy pelan. Dari cara berbicara sepertinya ia juga mulai khawatir.
“Sudah! Sudah!, kita do’a aja semoga gak terjadi sesuatu yang lebih parah. Tuhan bersama kita kan?,” Cherly kembali menangkan. Devi mulai komat-kamit, mengikuti saran cherly ia sedang berdo’a. christy juga mulai komat-kamit dikuti Angel Felly dan Ryn. Anisa masih dengan pandangan kosongnya, sedangkan gigi tidak ambil pusing, ia asyik saja dengan blackberrynya ber online ria.
GigiChibi
Kita Nabrak orang nih!! RT Silmi : Memangnya kenapa kakak? RT GigiChibi : Mau ke Mal akhirnya ke Rumah Sakit.. xD *Puzzzzzzink*
Begitulah bunyi Twitnya. Silmi adalah sepupu jauh Gigi, sama-sama tinggal di Jakarta tapi jarang berjumpa. Twitter adalah dunia mereka berkumpul.
***
“Gimana dok?,” Cherly menyambut dokter Robby yang baru saja keluar dengan sebuah pertanyaan yang umum. Ia menanyakan keadaan cowok ganteng korban tabrak tadi.
“Saudari siapanya ya?,” dokter Robby balas bertanya
“Oh, saya yang mengantarkan korban kemari. Bagaimana keadaannya?,” tanya cherly lagi.
“Dia enggak apa-apa, Cuma tulang tangan kirinya yang sedikit retak. dalam beberapa hari ia sudah dapat keluar. Namun tangannya akan butuh waktu sebulan sampai benar-benar membaik,” Jelas Dokter Robby.
“Oke dok, terima kasih,”. Dokter Jimzz hanya tersenyum, ia berlalu. Sejenak kemudian chibi-chibi yang lain berlari-lari kecil menghampiri cherly.
“Gimana? Gimana?,” Devi penasaran
“Iya gimana? Gimana?” timpal Christy
“Masih gantengkan?,” Tambah Felly
“Idih lo tuh, masih aja yang dipikirnnya kayak gitu,”. Ryn menyenggol Felly.
“Aduh nanya nya ngantri duonk!!!. Tenang-tenang, dia gak apa-apa kok,” Jawab Cherly
“Sukur Deh kalau begitu,” Devi mengeluarkan nafas lega
“Eitz..eitzz, jangan senang dulu,” potong Cherly
“Memangnya kenapa kakak?,” Gigi penasaran.
“Tulang yang sebelah kirinya retak, butuh satu bulan untuk membaik,” jawab Cherly
“Yah..!!!!,” Devi cemberut.
“gak papa, gak papa, yang penting tetep ganteng deh euy,” Seru Felly
“Kesurupan apa ni anak, dari tadi ganteng, ganteng, ganteng, ganteng mulu” Christy menatap Felly.
“Oh ya, sepertinya ada yang kurang deh!!!,” Cherly menyadari sesuatu
“Kurang apa sih?” Ryn penasaran
“1,2,3,4,5,6,7,8” Gigi iseng menghitung teman-temannya
“Oh oya, Anisa kemana?,” Cherly menyadari bahwa sejak turun dari mobil ia tidak melihat Anisa bersama mereka.
“Mungkin masih ada di Mobil?,” ujar Wenda
“Mungkin aja, Kalian tungu di sini biar aku cek di mobil!,” Cherly meninggalkan teman-temannya di Ruang tunggu. Tak berapa lama berselang Cherly kembali.
“Anisanya ada?,” tanya Devi penasaran. Cherly menggeleng pelan.
“Kamu ada tanya satpam atau siapa gitu? Mungkin ada lihat Anisa,” tanya Gigi. Kali ini ia panik.
“Sudah, tapi enggak ada yang tau!,” jawab Cherly lesu.
“Lalu gimana nih?,” Christy dan Felly serentak bertanya. Keduanya bertatapan. Inilah salah satu alasana mereka sijuluki Twister Twin, selain sering memakai bajau yang sama tanpa janjian terlebih dahulu, mereka sering serempak mengeluarkan suatu kalimat yang sama.
“Gini, Devi dan Gigi jaga di sini kahwatir Anisa kemari. Aku, Ryn dan Wenda cari di luar, lalu Felly, Christy, dan Angel cari di dalam. Mungkin saja Anisa di dalam mencari Toilet atau apa gitu?,” Cherly mebagi tugas kepada para chibi untuk menemukan Anisa.]
Diluar Cherly melihat seorang cewek seumuran mereka yang sedang duduk di Taman Rumah Sakit. Sejak mobil masuk ke area Rumah Sakit Cherly telah melihatnya ada disitu.
“Eh Ryn, Wen, bukannya anak itu dari tadi yah di situ? Tanyain dia aja yuk!.” Ajak Cherly
“Ayo deh buruan,” sahut Wenda
Mereka berlari-lari kecil ke arah taman.
“Permisi, dik…” Sapa Cherly
“Chacha mbak!!! Panggi aja Chacha!” potong cewek yang ternyata bernama Chacha
“Boleh tanya enggak Cha?,” tanya cherly berbasa-basi. Sejujurnya ia ingin segera menanyai tentang anisa, tapi menurutnya kurang sopan kalau ia segera bertanya.
“Iya kak, silahkan!!,”
“Kamu ada lihat cewek setinggi kakak, terus rambutnya panjang, pakai tanktop motif bunga warna ungu?,” tanya Cherly panjang lebar
“Enggak lihat tuh kak!,”
“Ya sudah, terima kasih ya!,”. Cherly menatap Ryn dan Wenda bergantian. Wajahnya kecewa. Berkali-kali mereka mencoba bertanya pada orang-orang di sekitar taman dan tempat parkir namun hasilnya sama. Tidak ada yang melihat. Begitu juga dengan Felly, Christy, dan Angel, tidak ada seorangpun yang melihat Anisa.
Di ruang tunggu, untuk membunuh kebosanan Gigi kembali membuka Blackberrynya. Diamati Timeline yang memenuhi beranda Twitternya. Raut wajahnya berubah, perlahan ia membaca :
Anisachibi
aku tahu Eragon telah mati!!!! Ini tidak mungkin terjadi :’(“
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Minggu, 24 Juli 2011
CHIBI'S DIARY Episode#1
Pagi itu suasana kantin sangat ramai. Tidak seperti hari-hari sebelumnya. Maklum, awal bulan. Jatah jajan dari orang tua pasti baru saja dicairkan. Semua asik dengan kelompok masing-masing membiacarakan sesuatu yang bahkan terkadang tidak penting.
Tepat di pojok ruangan sekumpulan siswi cantik yang tengah asik ngobrol, entah apa yang dibicarakan, namun yang jelas dari tawa mereka yang meledak-meledak mereka pasti tidak sedang membahas tentang pelajaran. Seven girls, itulah nama yang mereka sematkan sendiri pada diri mereka. Beberapa dari mereka adalah model, sedangkan sisanya tidak pernah lolos casting. Mereka adalah masyarakat sekolah yang high profile. Berjalan dengan badan yang tegap dan dagu yang diangkat tinggi-tinggi adalah hal yang membuat geng ini kurang disenangi di sekolah. Mereka jarang sekali terlihat mengobrol dengan selain mereka ,seolah-olah siswa dan siswi lain tidak pantas untuk berbicara dengan mereka. Walaupun demikian, harus diakui bahwa kecantikan mereka mampu membuat siswa laki-laki menelan ludah ketika melihat mereka. Hal yang mebuat mereka lebih menyebalkan lagi adalah kebiasaan pamer barang mewah. Setiap minggu ada-ada saja barang yang mereka pamerkan di sekolah. Entah itu mobil baru, atau bahkan pakaian dalam baru yang diakunya dibeli di singapore. Menyebalkan.
Dua baris didepannya, tiga cowok dengan gaya tak jelas yang tak lain adalah X-Crew Mereka adalah tiga cowok dengan tampang pas-pasan namun cukup menjadi perhatian karena body atletis mereka. Aldo yang jago capoera, raka yang hoby breakdance dan vino yang anak basket memang cukup terkenal di sekolah ini. Gilanya, mereka sering telanjang dada di sekolah untuk memamerkan ke atletisan mereka itu. Walaupun ada guru.
Yang menarik perhatian adalah kelompok di tengah, Scandal. Mereka adalah Arez, Sinjo, dan Restu. Ketuaanya Arez Windradinata adalah sang bintang di sekolah ini. Tak ada satu siswipun yang enggak ngebet abis kepadanya,kecuali sembilan siswa yang menamai diri mereka chibi.
Chibi memang tidak setenar geng lain. Geng yang berkumpul tepat di sebelah kiri meja Scandal ini hanyalah sembilan cewek yang bersahabat sejak SMP yang kemudian terus akrab hingga SMA. Cherly, Angel, Wenda, Ryn, Christy, Felly, Devi, Gigi dan Anisa adalah nama-nama mereka. Nama chibi yang berarti kecil atau lucu memang menggambarkan diri mereka yang tinggi rata-ratanya hanya 158 cm. Anak-anak Chibi semuanya jahil dan kocak, sehingga kalau ngumpul jadi rame kayak pasar. Kalau sedang tidak ada pelajaran mereka pasti ngumpul di pojok kelas kemudian negrumpi.Leader dari geng ini adalah Cherly, mungkin itu karena dari segi pola pikir ia lebih dewasa daripada teman-teman lainnya. Lucunya, di geng ini ada dua anggota yang sering dikira kembar, yaitu Felly dan Christy. Hal ini karena tinggi mereka relatif sama dan bahkan mereka sering mengenakan pakaian yang sama walaupun tidak janjian. Keistimewaan chibi ialah Evryone love them.
“Hhh, gue pingin ke mal abis pulang sekolah!” gumam felly, jarinya memainkan sedotan es di depannya.
“pengin belanja ? ikut ya!!,” sambar christy
“enggak kok, Cuma pengin cuci mata adja!!!,” sahut felly
“Itut donk!,” sambar Ryn
“ah elo mah kalau udah urusan cuci mata cepet,” goda anisa
“Udah-udah, mending kita jalannya sama-sama aja,” usul Cherly
“Makan-makan ya mamy!!!,” Wenda senyum sambil melirikkan matanya ke arah cherly, Cherly hanya mengangguk. Mulutnya masih dipenuhi suapan nasi goreng.
“Abis ini langsung pergi kan?” tanya Gigi ikut bicara.
“Eitz, nanti donk abis pulang sekolah. Loe gila apa mau bolos jamnya Pak Dicky. Mau kamu jadi perkedel sayur,” Angel angkat bicara.
“Oh iya ya!!,” Gigi mengangguk pelan.
Devi, Christy, dan Angel hanya tersenyum. Masing-masing asyik mengunyah makanan di mulutnya.
Pulang sekolah, sperti yang sudah direncanakan mereka bersembilan menuju mal. Tiga hari lagi bagi rapor, dan kemudian libur. Mereka sudah punya rencana besar
***
Mobil itu perlahan merayap menembus keramaian kota Jakarta. Jalanan yang macet memang sungguh menyebalkan. Sudah lebih dari satu jam mobil itu dan mobil-mobil lainnya terjebak dalam kemacetan.
“Ihhh,, udah jam lima nih, kapan kita nyampenya?” felly cemberut
“Sabar non felly, entar juga nyampe kok,” Angel membelai rambut felly dengan gaya sok keibuan. Chibi lain yang menyaksikan peristiwa itu hanya tersenyum kecil.
“ Iya Fell yang sabar, kan Mbok angel senantiasa di sisimu, iya kan mbok?” christy melirik Angel, tawa pun meledak di dalam mobil itu.
“eittz,,eitz,, jangan ada yang ngelucu lagi, entar aku enggak konsen nih nyetirnya.,” Devi berhenti tertawa, ia harus konsentrasi menyetir. Ia adalah satu-satunya chibi yang sudah punyai SIM, makanya untuk tugas menyetir dialah bagiannya.
“iya deh bu supir, jangan ngambek dong, entar gaji bulan depan gak dibayar lho!!,” goda cherly
“gaji bulan kemarin aja belum dibayar nyonya!!,” sahut Devy. Sontak saja semua yang ada di mobil tertawa terbahak-bahak kecuali Devy.
“Elo yang gak nyuruh kita ngelucu, eh malah kamunya yang ngelucu, dasar aneh!!!,” gigi yang dari tadi tidak ikut andil dalam menciptakan kelucuan itu angkat bicara.
“kan aku yang neglucu, jadi akunya gak ketawa, jadi tetep konsen donk,” sahut Devi
“oh iya, ya,” gigi mengangguk pelan.
Tiba-tiba,”Brack!!!!”
“Awww!!!” jerit Devi. Mobil ngerem mendadak.
“ada apa dev?” tanya anisa
“iya ada apa?,” sambung angel
“ada apa sih kok ribut?,” cherly tak kalah penasaran.
“itu!!!,” Devi menunjuk k e depan mobil. Ternyata tanpa devi sadari seorang pengedara motor berusaha menyalip di antara celah-celah mobil dan tanpa sengaja ketika ia menyalip mobil yang mereka tumpangi ia terjatuh tepat di depan mobil itu kemudian tanpa sengaja tertabrak.
“Waduh, ini mah gawat,” tanpa anisa sadari dalam kondisi gawat ia memang selalu mengeluarkan dialek sundanya.
“Aduh, gimana ini?,” Devi bingung
“Sudah, tenang!!!. Ayo kita keluar, terus kita bawa ke rumah sakit,” dalam kondisi seperti itu Cherly memang selalu menujukkan sisi kepemimpinannya.
Tanpa banyak bicara lagi kesembilan cewek mungil itu turn dari mobil dan bergabung dengan orang-orang yang mulai mengerumuni lokasi kejadian. Di belakang mereka kemacetan semakin panjang.
“Pak! Pak!, tolongin angkat mas ini ke mobil dong,” cherly meminta bantuak kepada orang-orangyang berekerumun.
“oh ya, tolong motornya di bawa ke bengkel terdekat. Biar nanti kami yang tanggungjawab semua.” Tambah cherly. Ia satu-satunya chibi yang tidak panik.
Mobil kini mulai kembali merangkak mencarai celah agar dapat segera dapat membawa pengendara motor yang pingsan itu. Pengedara yang masih mengenakan helm itu tidak terluka parah, hanya sedikit memar. Namun mungkin karena terbentur benda keras, ia tak sadarkan diri.
“yah, enggak jadi deh ke malnya,” gerutu Felly
“Aduh Felly, udah seperti ini, masih aja mikirin mal,” Angel kesal.
“oh ya, kok helmnya mas itu gak dilepas sih? Kan kasian susah nafas,” Anisa menyadari kalau helm pengedara motor itu belum mereka lepas.
“Oh iya, ayo cepet buka Cher,” Tambah Devi. Wajahnya masih terlihat panik. Cherly segera membuka helm yang dikenakan cowok itu. semua terbelalak.
“Wah, kalau kayak gini saya enggak nyesal enggak jadi ke mal,” ujar felly
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Langganan:
Postingan (Atom)