Waktu menunjukkan pukul 00:20 . era belum juga tertidur. Sudah dua hari dia pulang ke rumah, tapi ia masih belum bisa banyak bergerak. Tiba-tiba sebuah pesan singgah di layar ponselnya.
Kakak udh tdur?
Eragon tak mengenali nomor yang mengirimi pesan itu. ‘
Belum, ini siapa?
Balas Eragon, tak berapa lama berselang hapenya kembali bergetar
Aku Wenda kakak
“Wenda?, wenda yang mana?,” Eragon mencoba mengingat-ngingat seorang bernama wenda. Namun tak dapat bayangan sedikitpun. Eragon memang seorang pelupa.
Wenda yang mana yah?
Wenda yang sering jenguk kakak di RS, kami bersembilan. Ingt?
Eragon tersenyum kecil. “Akh, begini aja bisa lupa,” pikirnya
Oh, iya.. maaf , saya memang sedikit pelupa
Kakak, udah baikan?
Lumayanlah dik
Besok aku boleh ke rumah kakak?
Mau ketemu Jimzz?
Ketemu kakak donk.
Owh
***
Hari itu hari pertama libur sekolah, agar tetap dapat mengamati perkembangan Eragon, rencana liburan bersama chibi akhirnya dibatalkan. Mereka akhirnya memutuskan hanya menghabiskan satu hari untuk liburan di puncak. Sekedar menikmati alam untuk mengurangi stres setalah harihari memusingkan yang mereka lalui.
“Naik, naik ke puncak gunung, tinggi, tinggi sekali!!!” Gigi bernyanyi di dalam mobil.
“Hus, kayak anak TK kamu gi,” Tegur Cherly
“Ih, akukan memang anak TK,anak Tentara Kura-kura. Ciya!!!,” Gigi menggembungkan dua pipinya sembari mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
“Stres kamu gi?,” Devi memandang wajah Gigi
“Heheh, kan ngilangin stress,” sahut Gigi
“Itu mah bukan ngilangin stress,” potong Christy
“Itu, malah kayak orang stress,” tambah Felly. Anisa yang dari tadi meperhatikan ulah teman-temannya hanya tersenyum.
“Cie cie cie, yang dari kemarin cemberut sekarang bisa senyum,” ledek Cherly
“Ih, apaan sih cher,” Anisa memukul bahu Cherly dengan manja.
“Bay the way, anyway busway, si Wenda kok gak ikut?,” Tanya Anisa
“Oh, katanya lagi sakit,” Jawab Cherly
“Wah, kenapa gak dibatalin aja perginya. Kan bisa besok-besok?,” tanya Anisa lagi
“Aku udah bilang gitu, tapi si Wenda maksa kita tetap pergi,” Jawab Cherly. Anisa manggut-manggut.
“Aneh ya?,” Ryn angkat bicara
“Aneh kenapa?,” Tanya Cherly
“Ingat gak, sebulan yang lalu waktu kita jalan-jalan ke mall terus ninggalin dia yang sedang sakit?,”
“Iya, ingat, ingat,”
“Kan samapi satu minggu gak mau teguran sama kita. Kita dibilangnya gak setia kawan!!!,”
“Iya juga sih. Tapi ya udahlah, dia juga yang nyuruh kita ninggalin dia. Let’s have fun together lah!!!,”
“Ih itukan lagunya Ridho Roma. Jadi kebayang bulu dadanya,” Felly tiba-tiba mengambil alih pembicaraan.
“Kyaaaaa,,,,, Ridho Roma, dasar Fellly, di otaknya gak lain deh. Cowok mulu,” Gerutu Christy
“Ih enggak dong, di otakku juga ada kalian sahabt-sahabatku,” Felly memamerkan senyum terindah yang ia punya.
“So Sweat, sini aku peluk”. Christy memeluk Felly.
Yah begitulah chibi, kalau sedang bersama. Mereka adalah sekelompok ABG yang ceria dan selalu memnyenagkan dan meberi kebahagiaan.
***
Menjelang sorea, 8 chibi memutuskan untuk istirahat sejenak di Villa milik keluarga Cherly sebelumn kembali ke Jakarta. Felly, Christy, Gigi, Ryn, Angel, dan Devi menggunakan waktu istirahat dengan berenag di kolam renang yang tepat berada di tengah-tengah Villa. Anisa dan Cherly lebih memilih untuk santai di balkon.
“Anisa aku mau tanya boleh?,”
“Tanya apa cher?,”
“Tentang cowok yang tertabrak itu?,”
“Oh!!!,” Anisa menundukkan kepalanya
“Maaf, aku mengusik perasaan kamu, tapi aku Cuma pengen tahu apa yng terjadi dengan kamu Anisa,”
“Iya gak papa,”
“lalu, kamu mau cerita. Ada hubungannya dengan Eragon?,”
“Kamu tahu dari mana nama itu?, Wenda cerita. Katanya dia pernah ikut kamu ke makam itu untuk ziarah ke makam Eragon,”.
“Iya dulu waktu SMP, Eragon itu sahabat kecilku, kami sudah seperti kakak beradik. Dia meninggal ketika aku kelas VI SD,”
“terus, cowok itu?,”
“Wajahnya mirip sekali, persis. Wajahnya mengingatkan aku pada Eragon. Aku gak percaya Tuhan kirim orang yang wajahnya mirip seperti itu. apa maksud dari semua ini?,”
“Kalau gak salah namnya Era,”
“Era?,” Anisa terkejut.
“aku sempat mendengar dia menyebut nama Anisa ketika dia melihat fhoto kita bersembilan di hape Wenda” Gigi menjulurkan kepalnya dari balik pintu.
“Ih, kamu nguping ya?,” Cherly terkejut
“Itu Eragon!!,” Seru Anisa.
Bersambung
Selasa, 23 Agustus 2011
Selasa, 16 Agustus 2011
Chibi's Diary Eps#5
“Anisa?, kamu…,” Cherly tak menyelesaikan kalimatnya
“Iya, kenapa kalian di sini?” Tanya Anisa lagi
“kami cari kamu Nisa,” Jelas Devi
“Aku gak papa kok, ayo pulang!,” Anisa menarik tangan cherly
“Ih aneh. Kan kita ke sini mau ngajak kamu pulang, kok kamu yang ngajak kita pulang sih?,” Wenda bingung
“Makanya itu, kalian kan mau ngajak aku pulang, sekarang aku mau pulang. Bersekan?,” Anisa terus menarik tangan cherly. Cherly ikut di belakangnya sambil geleng-geleng kepala. Sebenarnya ia merasa aneh dengan diri Anisa, tapi ia tak mau banyak tanya. Ia tau ini belum saatnya.
Di dalam mobil, anisa tetap diam.
“Jadi kita kemana nih Cher?,” Tanya Devi
“Ya, antar Anisa pulang dulu donk,”.
“Terus?,” Tanya Devi Lagi
“Kamu antarin aku, Wenda, Gigi, dan Ryn,” Jawab Cherly singkat
“Jadi aku kembali ke Rumah Sakit gitu? Enak kalian donk!,” Keluh Devi
“Kamu pulang juga donk, entar sampai di rumah aku suruh tuh Si Yoga buat ngantari Christy, Felly ama Angel ke rumah masing-masing,”.
“Lalu si cakep gimana?,” Tanya Ryn
“Entar Yoga juga kusuruh buat nungguin, beres kan?,”
“Oke, oke, oke, Ting!!!,” Wenda semangat.
***
“Kak Yoga, kak Yoga,” Cherly memanggil Yoga, Supirnya. Ia memanggil supirnya dengan sbutan kaka karena supirnya itu memiliki umur yang hanay sedikit lebih tua dibandingkannya. Yoga yang asli Jogja pernah membantu Ayah Cherly, sebagai balas budi ayah Cherly memberikannya pekerjaan sebagai supir.
“Kak Yoga, ayo bangun!!,” Ujar Cherly seraya mengetok pintu kamar Yoga.
Pintu kamar terbuka.
“Ono opo to cher, malam-malam kok teriak-teriak?,” Tanya Yoga sambil mengucek-ngucek matanya.
“Tolong dong jemput teman-teman aku di Rumah Sakit lalu antarin ke rumah masing-masing,”
“Aduh cherly, aku iki ngantuk tenan, gak bisa besok opo?,” Ujar Yoga dengan ciri khasnya yang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa jawa.
“Kasian donk kak mereka di sana, Plis kakak,” Cherly memohon
“Okelah qalo beqitu, aku cuci muka dulu biar gak ngantuk di jalan,”. Yoga masuk ke kamar. Beberapa saat ia kembali dengan wajah yang masih basah dan sudah berpakaian rapi.
“Oh ya, ngomong-ngomong ngapain tu, teman-teman cherly nang Rumah Saket?,”
“itu, tadi si Devi nabrak orang jadi sekarang meraka yang jaga. Oh ya, entar kalau udag ngantarin mereka kak Yoga balik ke Rumah sakit ya! Gantian jaga,”
“Jadi, aku nginap di Rumah sakit? Hualah, nasibku,” gerutu Yoga
“Kalau gak mau juga gak apa-apa,” Cherly pasang wajah ngambek
“Oke deh Cher, aku berangkat dulu ya!!,” Yoga tidak tega, ia bergegas ke garasi. Cherly tersenyum girang.
***
Esok harinya sepulang sekolah mereka sepakat untuk ke Rumah Sakit.Kecuali Anisa.
“Gimana kak, udah sadar?,” tanya Cherly pada Yoga
“Udah tuh, tapi gak ngomong-ngomong!!!Whoam,” jawab Yoga, jelas sekali ia mengantuk.
“Ya udah kakak balik aja, biar aku di sini sama teman-teman,”. Cherly tau Yoga pasti kecapean.
Cherly, Devi, dan Felly masuk ke kamar tempat cowok itu di rwat. Yang lain menunggu di luar, taku menggangu jika terlalu ramai.
“Kakak baik-baik aja kan?” tanya Cherly pelan. Cowok itu menoleh, tak bereaksi.
“Kakak baik-baik aja kan?” Cherly mengulang pertanyaannya. Cowok itu hanya menunjuk lengan kirinya.
“Oh itu, dokter sudah bilang kok. Maksudnya kakak gak merasakan geger otak gitu? Lupa ingatan?” tanya Cherly. Cowok itu hanya menggeleng.
“Ini Cowok ganteng-ganteng kaok gak bisa ngomong?,” Bisik Felly
“Mungkin karena kecelakaan dia jadi bisu gitu?,” Sahut Wenda juga berbisik
“Hush, kalian ini tetep aja yang diomongin yang aneh-aneh,” Gerutu Cherly.
Selang beberapa saat, pintu di buka. Dua orang cowok seumuran mereka masuk. Jelas sekali mereka masih berseragam SMA.
“Kalian ini siapa? “ tanya Cherly
“Aku Jimz, dan ini Deny. Kami teman Era,” Jawab cowok bernama Jimz itu.
“Era? Era Siapa?,” Tanya Cherly
“Itu Era, bisa sih kami panggil kak Era,” Jimz menunjuk cowok yang terbaring itu.
“jadi namanya Era, kok kalian bisa ada di sini?,” Tanya Wenda
“Tadi kak Era SMS minta kami pergi ke sini, awalnya kami bingung kok kak Era di Rumah Sakit, tapi tadi teman kalian yang di luar udah pada cerita,”.
“Okh, begitu. By The Way kak Era memang gak bisa ngomong atau gimana sih?,” tanya Wenda lagi
“Hush kamu?,” Cherly mencubit lengan Wenda.
“Aduh apaan sih?,” Wenda kesal. Jimz dan Denny tersenyum.
“sebenarnya dia enggak bisu kok, sejak kecelakaan yang menimpanya waktu SMP dia tidak pernah mau ngomong lagi,”.
“Aneh!!,” Bisik Felly.
“Oh ya, kalau kalian ingin pulang silahkan lho. Biar kak Era kami yang jaga,” Denny tiba-tiba nagkat bicara.
“Ok deh makasih ya,” Cherly dan dua temannya beranjak keluar. Pintu ditutup, lalu tiba-tiba di buka lagi.
“Kakak cakep cepat baikan ya!!,” Wajah Felly terlihat di depan pintu, lalu pintu tertutup kembali.
***
Esok harinya, mereka kembali ke menjenguk Era di Rumah Sakit. Mereka yang menabrak, tentu mereka merasa tidak bertanggung jawab kalau mereka tidak memberikan perhatian. Namun Anisa tetap saja menolak untuk ikut dengan berbagai alasan. Akhirnya mereka berdelapan dengan terpaksa meninggalkan Anisa.
Kali ini mereka masuk bersama ke dalam kamar tempat Era di rawat.
“Gimana kak udah baikan?,” tanya Angel pada Era. Era tetap saja diam.
“Jimz dan Dennny sekolah ya?,” tanya Wenda. Era mengangguk.
Begitulah selanjutnya, suasana di isi pertanyaan dari chibi dan di jawab dengan diam, anggukan atau gelengan dari Era. Namun mereka tetap senang bisa menemani Era sebelum Jimz dan Denny datang.
“Jimzz, dan Denny lama banget ya?,” Gerutu Angel setelah lama menunggu. Era tersenyum, ia tahu delapan cewek di sisinya mulai lelah menunggu. Era mengeluarkan Hapenya, wajahnya kecewa. Ternyata baterainya hapenya kosong.
“Mau pinjam hape aku kak?,” tanya Wenda mengulurkan hapenya. Era mengangguk. Ia ingin mengirim pesan pada Jimzz dan Denny agar segera ke rumah sakit agar kedelapan cewek itu dapat segera pulang.
Namun, saat Era memegang Hape Wenda ia terdiam meperhetaikan sesuatu. Diaamatinya layar hape itu dalam-dalam.
“kakak ngapain? Kok diam gitu. Wallpapernya kan fhoto kami bersembilan,” tanya wenda. Era menunjukka satu wajah yang tidak ada di ruangan itu.
“oh, itu teman kami. Kebetulan gak ikut. Namanya …” Weenda tak melanjutkan kalimatnya. Era tiba-tiba memotong ..
“Anisa”, suara kecil keluar dari mulut Era
Bersambung
“Iya, kenapa kalian di sini?” Tanya Anisa lagi
“kami cari kamu Nisa,” Jelas Devi
“Aku gak papa kok, ayo pulang!,” Anisa menarik tangan cherly
“Ih aneh. Kan kita ke sini mau ngajak kamu pulang, kok kamu yang ngajak kita pulang sih?,” Wenda bingung
“Makanya itu, kalian kan mau ngajak aku pulang, sekarang aku mau pulang. Bersekan?,” Anisa terus menarik tangan cherly. Cherly ikut di belakangnya sambil geleng-geleng kepala. Sebenarnya ia merasa aneh dengan diri Anisa, tapi ia tak mau banyak tanya. Ia tau ini belum saatnya.
Di dalam mobil, anisa tetap diam.
“Jadi kita kemana nih Cher?,” Tanya Devi
“Ya, antar Anisa pulang dulu donk,”.
“Terus?,” Tanya Devi Lagi
“Kamu antarin aku, Wenda, Gigi, dan Ryn,” Jawab Cherly singkat
“Jadi aku kembali ke Rumah Sakit gitu? Enak kalian donk!,” Keluh Devi
“Kamu pulang juga donk, entar sampai di rumah aku suruh tuh Si Yoga buat ngantari Christy, Felly ama Angel ke rumah masing-masing,”.
“Lalu si cakep gimana?,” Tanya Ryn
“Entar Yoga juga kusuruh buat nungguin, beres kan?,”
“Oke, oke, oke, Ting!!!,” Wenda semangat.
***
“Kak Yoga, kak Yoga,” Cherly memanggil Yoga, Supirnya. Ia memanggil supirnya dengan sbutan kaka karena supirnya itu memiliki umur yang hanay sedikit lebih tua dibandingkannya. Yoga yang asli Jogja pernah membantu Ayah Cherly, sebagai balas budi ayah Cherly memberikannya pekerjaan sebagai supir.
“Kak Yoga, ayo bangun!!,” Ujar Cherly seraya mengetok pintu kamar Yoga.
Pintu kamar terbuka.
“Ono opo to cher, malam-malam kok teriak-teriak?,” Tanya Yoga sambil mengucek-ngucek matanya.
“Tolong dong jemput teman-teman aku di Rumah Sakit lalu antarin ke rumah masing-masing,”
“Aduh cherly, aku iki ngantuk tenan, gak bisa besok opo?,” Ujar Yoga dengan ciri khasnya yang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa jawa.
“Kasian donk kak mereka di sana, Plis kakak,” Cherly memohon
“Okelah qalo beqitu, aku cuci muka dulu biar gak ngantuk di jalan,”. Yoga masuk ke kamar. Beberapa saat ia kembali dengan wajah yang masih basah dan sudah berpakaian rapi.
“Oh ya, ngomong-ngomong ngapain tu, teman-teman cherly nang Rumah Saket?,”
“itu, tadi si Devi nabrak orang jadi sekarang meraka yang jaga. Oh ya, entar kalau udag ngantarin mereka kak Yoga balik ke Rumah sakit ya! Gantian jaga,”
“Jadi, aku nginap di Rumah sakit? Hualah, nasibku,” gerutu Yoga
“Kalau gak mau juga gak apa-apa,” Cherly pasang wajah ngambek
“Oke deh Cher, aku berangkat dulu ya!!,” Yoga tidak tega, ia bergegas ke garasi. Cherly tersenyum girang.
***
Esok harinya sepulang sekolah mereka sepakat untuk ke Rumah Sakit.Kecuali Anisa.
“Gimana kak, udah sadar?,” tanya Cherly pada Yoga
“Udah tuh, tapi gak ngomong-ngomong!!!Whoam,” jawab Yoga, jelas sekali ia mengantuk.
“Ya udah kakak balik aja, biar aku di sini sama teman-teman,”. Cherly tau Yoga pasti kecapean.
Cherly, Devi, dan Felly masuk ke kamar tempat cowok itu di rwat. Yang lain menunggu di luar, taku menggangu jika terlalu ramai.
“Kakak baik-baik aja kan?” tanya Cherly pelan. Cowok itu menoleh, tak bereaksi.
“Kakak baik-baik aja kan?” Cherly mengulang pertanyaannya. Cowok itu hanya menunjuk lengan kirinya.
“Oh itu, dokter sudah bilang kok. Maksudnya kakak gak merasakan geger otak gitu? Lupa ingatan?” tanya Cherly. Cowok itu hanya menggeleng.
“Ini Cowok ganteng-ganteng kaok gak bisa ngomong?,” Bisik Felly
“Mungkin karena kecelakaan dia jadi bisu gitu?,” Sahut Wenda juga berbisik
“Hush, kalian ini tetep aja yang diomongin yang aneh-aneh,” Gerutu Cherly.
Selang beberapa saat, pintu di buka. Dua orang cowok seumuran mereka masuk. Jelas sekali mereka masih berseragam SMA.
“Kalian ini siapa? “ tanya Cherly
“Aku Jimz, dan ini Deny. Kami teman Era,” Jawab cowok bernama Jimz itu.
“Era? Era Siapa?,” Tanya Cherly
“Itu Era, bisa sih kami panggil kak Era,” Jimz menunjuk cowok yang terbaring itu.
“jadi namanya Era, kok kalian bisa ada di sini?,” Tanya Wenda
“Tadi kak Era SMS minta kami pergi ke sini, awalnya kami bingung kok kak Era di Rumah Sakit, tapi tadi teman kalian yang di luar udah pada cerita,”.
“Okh, begitu. By The Way kak Era memang gak bisa ngomong atau gimana sih?,” tanya Wenda lagi
“Hush kamu?,” Cherly mencubit lengan Wenda.
“Aduh apaan sih?,” Wenda kesal. Jimz dan Denny tersenyum.
“sebenarnya dia enggak bisu kok, sejak kecelakaan yang menimpanya waktu SMP dia tidak pernah mau ngomong lagi,”.
“Aneh!!,” Bisik Felly.
“Oh ya, kalau kalian ingin pulang silahkan lho. Biar kak Era kami yang jaga,” Denny tiba-tiba nagkat bicara.
“Ok deh makasih ya,” Cherly dan dua temannya beranjak keluar. Pintu ditutup, lalu tiba-tiba di buka lagi.
“Kakak cakep cepat baikan ya!!,” Wajah Felly terlihat di depan pintu, lalu pintu tertutup kembali.
***
Esok harinya, mereka kembali ke menjenguk Era di Rumah Sakit. Mereka yang menabrak, tentu mereka merasa tidak bertanggung jawab kalau mereka tidak memberikan perhatian. Namun Anisa tetap saja menolak untuk ikut dengan berbagai alasan. Akhirnya mereka berdelapan dengan terpaksa meninggalkan Anisa.
Kali ini mereka masuk bersama ke dalam kamar tempat Era di rawat.
“Gimana kak udah baikan?,” tanya Angel pada Era. Era tetap saja diam.
“Jimz dan Dennny sekolah ya?,” tanya Wenda. Era mengangguk.
Begitulah selanjutnya, suasana di isi pertanyaan dari chibi dan di jawab dengan diam, anggukan atau gelengan dari Era. Namun mereka tetap senang bisa menemani Era sebelum Jimz dan Denny datang.
“Jimzz, dan Denny lama banget ya?,” Gerutu Angel setelah lama menunggu. Era tersenyum, ia tahu delapan cewek di sisinya mulai lelah menunggu. Era mengeluarkan Hapenya, wajahnya kecewa. Ternyata baterainya hapenya kosong.
“Mau pinjam hape aku kak?,” tanya Wenda mengulurkan hapenya. Era mengangguk. Ia ingin mengirim pesan pada Jimzz dan Denny agar segera ke rumah sakit agar kedelapan cewek itu dapat segera pulang.
Namun, saat Era memegang Hape Wenda ia terdiam meperhetaikan sesuatu. Diaamatinya layar hape itu dalam-dalam.
“kakak ngapain? Kok diam gitu. Wallpapernya kan fhoto kami bersembilan,” tanya wenda. Era menunjukka satu wajah yang tidak ada di ruangan itu.
“oh, itu teman kami. Kebetulan gak ikut. Namanya …” Weenda tak melanjutkan kalimatnya. Era tiba-tiba memotong ..
“Anisa”, suara kecil keluar dari mulut Era
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Minggu, 07 Agustus 2011
Chibi's Diary Episode #4
“gimana? Ada yang udah nemuin Anisa?,” tanya Cherly mulai panik
“Belum” jawab Felly mengangguk lesu.
“Aduh gimana nih? Hari udah mulai malam?,” Devi mulai cemas
“tenang dulu, kita coba telepon kak dinda, mungkin saja Anisa sudah pulang ke kostan,” usul Cherly. Kak Dinda adalah kakak kandung Anisa. Sejak masuk SMP Anisa sudah tinggal di kostan bersamanya. Entah kenapa, Anisa bersikeras untuk tinggal di jakarta.
“kalau belum gimana? Entar kita yang disalahin,” Angel kurang yakin dengan ide cherly
“jadi gimana dong?,” Cherly mulai bingung
“Telepon aja cher, aku yakin kak Dinda gak akan marah kok,” Felly meyakinkan. Cherly mengeluarkan hhandphone dari tasnya.
“Ups, tunggu!!!!,” gigi
“Aduh apa lagi sih gusi?,” Felly kesal
“enak aja gusi, nama aku gigi kakak. Huh,” gerutu Gigi
“Iya ada apa?” tanya Cerly
“itu, tadi si Anisa ada ngetwit, dia nyebut nama Eragon gitu,”. Jawab gigi
“Eragon? Ada yang tau siapa?,” tanya cherly
“Kayaknya aku pernah dengar deh,” jawab Wenda
“Iya aku juga,” sambung christy
“jadi siapa?,” tanya Cherly
“Lupa,” jawab Wenda malu
“Aku juga lupa,” Christy cengengesan.
“ya udah, sekalian aku tanya sama kak Dinda deh,”. Cherly mencari tempat yang cukup sepi agar bicaranya tidak terganggu. Wajhanya serius, tak lama kemudian ia kembali mnemeui sahabta-sahabatnya yang menanti cemas.
“Gimana? “ tanya Devi
“iya gimana?,” tambah Ryn
“Gimana kakak?,” tanya gigi pula. Inilah yang lucu dari chibi, kalau sedang cemas mereka sering bertanya dengan pertanyaa yang sama.
“Aduh, mulai deh ya!!!,,” Cherly kesal. Mungkin semua yang terjadi hari itu telah membuatnya demikain stress. “Anisa belum pulang.” Tambahnya.
“lalu, kita harus cari kemana?,”
“kita Dinda tadi menyuruh kita menuju suatu tempat,”
“kemana?,”. tanya Devi
“kamu tahu alamat ini?,” tanya Cherly
“Tahu Cher,” jawabnya
“Gini, aku, Devi, Gigi, Ryn, dan Wenda kesana. Kalian bertiga tetap di sini, takut terjadi sesuatu dengan cowok tadi atau mungkin Anisa kembali ke sini.” Cherly kembali membagi tugas.
***
VW itu berlari menembus malam, sesekali harus merayap mengantri dalam kemacetan yang tak panjang. Hingga tibalah mereka di suatu tempat yang cukup sepi.
“Tempat apa ini?,” tanya Devi
“Serem kakak,” Gigi merapatkan tubuhnya pada Wenda sambil mengamati sekitar.
“ini kuburan,” sahut Cherly
“kuburan?, kenapa gak bilang kita mau ke kuburan?,” tanya Devi
“kalau aku bilang, kalian pasti gak ada yang mau ikut. Lagian kita kan ramai, kenapa harus takut,” sahtu Cherly
“kayaknya Anisa gak mungkin ke tempat seperti ini deh!!!,” Wenda mengalihkan pandangan ke sekitar mobil.
“tapi kak Dinda, yakin Anisa ke sini,”. Kata Cherly meyakinkan. Sesungguhnya ia juga takut, tapi demi sahabatnya apapun ia lakukan.
“untuk apa dia kesini?,” tanya Ryn penasaran
“untuk Eragon, dia kesini menemui Eragon,” Wenda tiba-tiba ingat sesuatu
“Siapa Eragon?, Eragon tinggal di sini?,” Ryn masih penasaran
“di sini ada makam Eragon, sahabat kecilnya ketika SD. Aku baru ingat nama itu, Anisa pernah mengajakku dan Christy ke sini tiga tahun yang lalu,”. Jawab Wenda
“agar tetap dapat pergi ke makam Eragon, ia bersikeras untuk tinggal di Jakarta sejak SMP,” lanjut Wenda.
***
Lima gadis cantik itu melangkah perlahan menyusuri jalan pemakaman di bawah sinar lampu yang nyaris tidak memberikan terang sama-sekali. Tampak sekali rasa takut yang terpancar dari wajah mereka, mereka saling memegang tangan satu sama lain.
“Yakin, Anisa di sini?,” Ryn berbisik, ia gelisah
“Sudah, kita cari aja dulu!!,” sahut Cherly juga berbisik
“Aku takut,” rengek gigi
“Aku juga takut kalik!, tapi kalau gak dicari gimana kita nemuin Anisa. Taku terjadi apa-apa sama dia,” balas Cherly
Hampr satu jam mereka berkeliling, dan hasilnya nihil.
“Sial banget deh nasib kita hari ini,” gerutu Gigi
“ngeluhnya nanti aja, kita terus cari Anisa dulu!!” Cherly terus mengedarkan pandangan ke sekitar.
“kayaknya gak ada deh Cher, kita udah tiga kali lho kelilingnya,”. Wenda mulai menyerah
“Aw!!!!!!!!!!,” Ryn tiba-tiba berteriak. Sontak mereka terkejut dan berpelukan satu sama lain.
“Ada apa?” tanya Cherly
“banyak semut dikakiku,” jawab Ryn. Mereka melepaskan pelukan.
“kamu tuh Ryn, bikin kita kaget aja,” gerutu Devi
“Ya, udah deh, kayaknya Anisa emang gak d sini, kita pulang saja!,” Cherly menyerah. Mereka beriringan keluar makam.
“Kenapa kalian di sini?,” sebuah suara tiba-tiba muncul dari balik kegelapan.
Bersambung
“Belum” jawab Felly mengangguk lesu.
“Aduh gimana nih? Hari udah mulai malam?,” Devi mulai cemas
“tenang dulu, kita coba telepon kak dinda, mungkin saja Anisa sudah pulang ke kostan,” usul Cherly. Kak Dinda adalah kakak kandung Anisa. Sejak masuk SMP Anisa sudah tinggal di kostan bersamanya. Entah kenapa, Anisa bersikeras untuk tinggal di jakarta.
“kalau belum gimana? Entar kita yang disalahin,” Angel kurang yakin dengan ide cherly
“jadi gimana dong?,” Cherly mulai bingung
“Telepon aja cher, aku yakin kak Dinda gak akan marah kok,” Felly meyakinkan. Cherly mengeluarkan hhandphone dari tasnya.
“Ups, tunggu!!!!,” gigi
“Aduh apa lagi sih gusi?,” Felly kesal
“enak aja gusi, nama aku gigi kakak. Huh,” gerutu Gigi
“Iya ada apa?” tanya Cerly
“itu, tadi si Anisa ada ngetwit, dia nyebut nama Eragon gitu,”. Jawab gigi
“Eragon? Ada yang tau siapa?,” tanya cherly
“Kayaknya aku pernah dengar deh,” jawab Wenda
“Iya aku juga,” sambung christy
“jadi siapa?,” tanya Cherly
“Lupa,” jawab Wenda malu
“Aku juga lupa,” Christy cengengesan.
“ya udah, sekalian aku tanya sama kak Dinda deh,”. Cherly mencari tempat yang cukup sepi agar bicaranya tidak terganggu. Wajhanya serius, tak lama kemudian ia kembali mnemeui sahabta-sahabatnya yang menanti cemas.
“Gimana? “ tanya Devi
“iya gimana?,” tambah Ryn
“Gimana kakak?,” tanya gigi pula. Inilah yang lucu dari chibi, kalau sedang cemas mereka sering bertanya dengan pertanyaa yang sama.
“Aduh, mulai deh ya!!!,,” Cherly kesal. Mungkin semua yang terjadi hari itu telah membuatnya demikain stress. “Anisa belum pulang.” Tambahnya.
“lalu, kita harus cari kemana?,”
“kita Dinda tadi menyuruh kita menuju suatu tempat,”
“kemana?,”. tanya Devi
“kamu tahu alamat ini?,” tanya Cherly
“Tahu Cher,” jawabnya
“Gini, aku, Devi, Gigi, Ryn, dan Wenda kesana. Kalian bertiga tetap di sini, takut terjadi sesuatu dengan cowok tadi atau mungkin Anisa kembali ke sini.” Cherly kembali membagi tugas.
***
VW itu berlari menembus malam, sesekali harus merayap mengantri dalam kemacetan yang tak panjang. Hingga tibalah mereka di suatu tempat yang cukup sepi.
“Tempat apa ini?,” tanya Devi
“Serem kakak,” Gigi merapatkan tubuhnya pada Wenda sambil mengamati sekitar.
“ini kuburan,” sahut Cherly
“kuburan?, kenapa gak bilang kita mau ke kuburan?,” tanya Devi
“kalau aku bilang, kalian pasti gak ada yang mau ikut. Lagian kita kan ramai, kenapa harus takut,” sahtu Cherly
“kayaknya Anisa gak mungkin ke tempat seperti ini deh!!!,” Wenda mengalihkan pandangan ke sekitar mobil.
“tapi kak Dinda, yakin Anisa ke sini,”. Kata Cherly meyakinkan. Sesungguhnya ia juga takut, tapi demi sahabatnya apapun ia lakukan.
“untuk apa dia kesini?,” tanya Ryn penasaran
“untuk Eragon, dia kesini menemui Eragon,” Wenda tiba-tiba ingat sesuatu
“Siapa Eragon?, Eragon tinggal di sini?,” Ryn masih penasaran
“di sini ada makam Eragon, sahabat kecilnya ketika SD. Aku baru ingat nama itu, Anisa pernah mengajakku dan Christy ke sini tiga tahun yang lalu,”. Jawab Wenda
“agar tetap dapat pergi ke makam Eragon, ia bersikeras untuk tinggal di Jakarta sejak SMP,” lanjut Wenda.
***
Lima gadis cantik itu melangkah perlahan menyusuri jalan pemakaman di bawah sinar lampu yang nyaris tidak memberikan terang sama-sekali. Tampak sekali rasa takut yang terpancar dari wajah mereka, mereka saling memegang tangan satu sama lain.
“Yakin, Anisa di sini?,” Ryn berbisik, ia gelisah
“Sudah, kita cari aja dulu!!,” sahut Cherly juga berbisik
“Aku takut,” rengek gigi
“Aku juga takut kalik!, tapi kalau gak dicari gimana kita nemuin Anisa. Taku terjadi apa-apa sama dia,” balas Cherly
Hampr satu jam mereka berkeliling, dan hasilnya nihil.
“Sial banget deh nasib kita hari ini,” gerutu Gigi
“ngeluhnya nanti aja, kita terus cari Anisa dulu!!” Cherly terus mengedarkan pandangan ke sekitar.
“kayaknya gak ada deh Cher, kita udah tiga kali lho kelilingnya,”. Wenda mulai menyerah
“Aw!!!!!!!!!!,” Ryn tiba-tiba berteriak. Sontak mereka terkejut dan berpelukan satu sama lain.
“Ada apa?” tanya Cherly
“banyak semut dikakiku,” jawab Ryn. Mereka melepaskan pelukan.
“kamu tuh Ryn, bikin kita kaget aja,” gerutu Devi
“Ya, udah deh, kayaknya Anisa emang gak d sini, kita pulang saja!,” Cherly menyerah. Mereka beriringan keluar makam.
“Kenapa kalian di sini?,” sebuah suara tiba-tiba muncul dari balik kegelapan.
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Selasa, 02 Agustus 2011
Chibi's Diary Eps#3
Bandung, 2005
“Anis!!!, Anisa!!!,”
“Iya, ma!”. Seorang gadis kecil berumur 12 berlari-lari kecil menuju dapur menemui ibunya.
“Kamu bantu ibu ya!,”
“kok ibu masaknya banyak sih?,”
“kamu belum tahu ya Nis, Om Tio kan hari ini dateng dari Jakarta”
“Om Tio yang bos bapak itu?,”
“Iya, sama anaknya juga lho!!!,”
“Om Tio itu aneh ya bu, “
“Aneh kenapa nis?,”
“kan om Tio orang kaya tuh, kok tiap ke Bandung pasti nginap di rumah kita.,”
“Kamu enggak senang Om Tio tinggal di sini?,”
“Enggak bukan gitu, aneh aja,”
“Om Tio kan deket banget sama bapakmu, katanya kalau diam di sini dia merasa seperti rumah sendiri,”.
Anisa hanya tersenyum kecil.
Jam 09.00 sebuah mobil jeep memasuki halaman rumah.
“Om Tio!!!” seru Anisa sambil berlari-lari kecil memeluk Om Tio. Karena Om Tio memang sering menginap di rumah mereka Anisa telah menganggap Om Tio sebagai Pamannya.
“Ragon!!!, sini!!!,” Om Tio memanggil seseorang dari dalam mobil. Anisa mengernyidtkan dahinya, nama yang enh pikirnya. Seorang anak laki-laki yang mungkin 2 tahun lebih tua dari Anisa keluar dari mobil, ekspresinya datar.
“Anisa, ini anak Om, namanya Eragon. Eragon, ini Anisa,”. Anisa mengulurkan tangannya, Eragon menyambutnya dengan dingin. Anisa terus tersenyum, pikirnya Eragon pasti sedang kecapean senhingga tingkahnya aneh begitu. Ternyata pikiran Anisa salah, hingga malam Eragon diam seribu bahasa.
***
“Meong, meong,”.
“Chucky, sini chucky!!!, kita main ya!!!,” Anisa mengelus kucing kesayangannya.
“Meong, Meong,”.
“ih, kamu tu yah!!! Ayo dong main sama aku,”. Tanpa ia sadari Eragon sejak tadi berdiri di belakanganya.
“Itu kucing kamu?,” tanya Eragon pelan.
“Iya, ini kucingku, kamu suka kucing juga?,”. Eragon mengangguk pelan lalu meninggalkan Anisa dan kucingnya.
“Aneh ya anak itu,” Anisa kembali berbicara dengan kucingnya.
“Meong, meong, meong, meong,” Chucky melompat dari pangkuan Anisa dan mengejar Eragon. Anisa mengikuti perlahan. Dilihatnya Chcuky naik ke pangkuan Eragon yang sedang sendiri di taman. Kalau pagi seperti ini yang tinggal di Rumah hanya Eragon dan Anisa. Kaum bapak mengurusi proyek, sedangkan ibu Anisa harus mengajar, ia seorang guru.
Eragon mengelus-ngelus Chucky, matanya menerawang memandang langit. Entah apa yang dipikirkannya. Anisa mengintip dari balik pintu.
“Anak cewek kok ngontip gitu, gak baik tau!,” seru Eragon. Anisa keluar dari balik pintu dengan raut muka merah padam. Ia tak menyangka, kalau Eragon menyadari Anisa mengamatinya,
“Maaf, a..a..aku enggak mau ganggu kamu,”. Eragon tersenyum, senyum yang indah sekali. Senyjm pertama yang ia perlihatkan sejak datang ke rumah itu.
“Enggak apa-apa kok, maaf aku bersifat dingin pada kalian semua di rumah ini,”.
“Iya enggak apa-apa kok kak,” Anisa membalasa senyum.
“kamu kelas berapa?,”
“Kelas enam kak,kakak?,”
“kelas 2 SMP!!,” jawabnya singkat.
Sejak hari itu, Eragon mulai akrab dengan Anisa. Namun Anisa tetap bingung dengan perubahan Eragon yang tiba-tiba. Ia tak berani bertanya karena takut Eragon tersinggung.
***
Eragon kadang pendiam, di waktu lain bisa sangat menyenangkan. Baggi Anisa Eragon bukan manusia biasa. Manusia yang misterius namun menyenangkan. Kini setiap liburan Eragon selalu ikut ayahnya jika ke Bandung. Di waktu lain, Anisa yang ikut ayahnya berkunjung ke Jakarta. Kalau sedang bersama Kedekatannya keduanya bagaikan kakak beradik. Dimana ada Anisa di situ Eragon, dimana adaEragon disitu ada eragon.
“kau tahu, aku tak pernah karab dengan siapapun selain kamu?,” tanya Eragon
“benarkah?, kok gitu?,”
“sejak kecil, aku memang tidak pernah bergaul dengan anak-anak lain. Aku hidup dengan kesendirianku,”
“lalu?,”
“lalu kau mengenalmu, dan aku menemukan keramahan dalam dirimu. Walaupun aku cuek sama kamu, kamu tetap baik sama aku. Kau mengajarkan betatap berarti sahabat,”. Anisa termenung.
“Anisa, kamu mau kan tetap menjadi sahabtaku sampai kapanpun?,”. anisa mengangguk.
“Cie..cie..cie pacaran niye!!!,” meline, adik Eragon yang berusia 11 tahun tiba-tiba muncul di belakang mereka.
“Apaan sih kamu, ganggu aja,” Eragon kesal
“kakak , sama adikmu gak boleh gitu ih,, sini Mel main sama kakak yuk,”
“Ye.. kak Anisa belain Meline tuh , Weee” Meline menjulurkan lidahnya pada Eragon sambil berlari menarik tangan Anisa.
“ih, kamu ya,” Eragon hendak mengejar Meline namun Anisa menenangkannya.
***
Sore Hari, Bandung, 23 Mei 2006
“Kriiiiiing”, Dering telepon memecah kesunyian sore. Ibu Anisa mengangkat Telepon.
“Iya Hallo,”. Sambutnya
“Apa? Innalillahwainnailaihiraji’iun”
“Iya, iya, papa hati-hati ya dijalan!!,”.
“ada apa ma?,” tanya Anisa yang sejak dari tadi mengamati dari jauh.
“Ayahmu tidak pulang, papamu langsung pergi melayat ke Jakarta,”.
“Memangnya ada apa?,” Tanya Anisa Penasaran
“Om Tio sekeluarga mengalami kecelakaan maut,”
“Eragon?,”
“Eragon ikut beserta ayah ibunya, hanya Meline yang tinggal di rumah,”. Anisa berlari masuk ke kamar. Ia tak mampu menahan tangis.
Bersambung
“Anis!!!, Anisa!!!,”
“Iya, ma!”. Seorang gadis kecil berumur 12 berlari-lari kecil menuju dapur menemui ibunya.
“Kamu bantu ibu ya!,”
“kok ibu masaknya banyak sih?,”
“kamu belum tahu ya Nis, Om Tio kan hari ini dateng dari Jakarta”
“Om Tio yang bos bapak itu?,”
“Iya, sama anaknya juga lho!!!,”
“Om Tio itu aneh ya bu, “
“Aneh kenapa nis?,”
“kan om Tio orang kaya tuh, kok tiap ke Bandung pasti nginap di rumah kita.,”
“Kamu enggak senang Om Tio tinggal di sini?,”
“Enggak bukan gitu, aneh aja,”
“Om Tio kan deket banget sama bapakmu, katanya kalau diam di sini dia merasa seperti rumah sendiri,”.
Anisa hanya tersenyum kecil.
Jam 09.00 sebuah mobil jeep memasuki halaman rumah.
“Om Tio!!!” seru Anisa sambil berlari-lari kecil memeluk Om Tio. Karena Om Tio memang sering menginap di rumah mereka Anisa telah menganggap Om Tio sebagai Pamannya.
“Ragon!!!, sini!!!,” Om Tio memanggil seseorang dari dalam mobil. Anisa mengernyidtkan dahinya, nama yang enh pikirnya. Seorang anak laki-laki yang mungkin 2 tahun lebih tua dari Anisa keluar dari mobil, ekspresinya datar.
“Anisa, ini anak Om, namanya Eragon. Eragon, ini Anisa,”. Anisa mengulurkan tangannya, Eragon menyambutnya dengan dingin. Anisa terus tersenyum, pikirnya Eragon pasti sedang kecapean senhingga tingkahnya aneh begitu. Ternyata pikiran Anisa salah, hingga malam Eragon diam seribu bahasa.
***
“Meong, meong,”.
“Chucky, sini chucky!!!, kita main ya!!!,” Anisa mengelus kucing kesayangannya.
“Meong, Meong,”.
“ih, kamu tu yah!!! Ayo dong main sama aku,”. Tanpa ia sadari Eragon sejak tadi berdiri di belakanganya.
“Itu kucing kamu?,” tanya Eragon pelan.
“Iya, ini kucingku, kamu suka kucing juga?,”. Eragon mengangguk pelan lalu meninggalkan Anisa dan kucingnya.
“Aneh ya anak itu,” Anisa kembali berbicara dengan kucingnya.
“Meong, meong, meong, meong,” Chucky melompat dari pangkuan Anisa dan mengejar Eragon. Anisa mengikuti perlahan. Dilihatnya Chcuky naik ke pangkuan Eragon yang sedang sendiri di taman. Kalau pagi seperti ini yang tinggal di Rumah hanya Eragon dan Anisa. Kaum bapak mengurusi proyek, sedangkan ibu Anisa harus mengajar, ia seorang guru.
Eragon mengelus-ngelus Chucky, matanya menerawang memandang langit. Entah apa yang dipikirkannya. Anisa mengintip dari balik pintu.
“Anak cewek kok ngontip gitu, gak baik tau!,” seru Eragon. Anisa keluar dari balik pintu dengan raut muka merah padam. Ia tak menyangka, kalau Eragon menyadari Anisa mengamatinya,
“Maaf, a..a..aku enggak mau ganggu kamu,”. Eragon tersenyum, senyum yang indah sekali. Senyjm pertama yang ia perlihatkan sejak datang ke rumah itu.
“Enggak apa-apa kok, maaf aku bersifat dingin pada kalian semua di rumah ini,”.
“Iya enggak apa-apa kok kak,” Anisa membalasa senyum.
“kamu kelas berapa?,”
“Kelas enam kak,kakak?,”
“kelas 2 SMP!!,” jawabnya singkat.
Sejak hari itu, Eragon mulai akrab dengan Anisa. Namun Anisa tetap bingung dengan perubahan Eragon yang tiba-tiba. Ia tak berani bertanya karena takut Eragon tersinggung.
***
Eragon kadang pendiam, di waktu lain bisa sangat menyenangkan. Baggi Anisa Eragon bukan manusia biasa. Manusia yang misterius namun menyenangkan. Kini setiap liburan Eragon selalu ikut ayahnya jika ke Bandung. Di waktu lain, Anisa yang ikut ayahnya berkunjung ke Jakarta. Kalau sedang bersama Kedekatannya keduanya bagaikan kakak beradik. Dimana ada Anisa di situ Eragon, dimana adaEragon disitu ada eragon.
“kau tahu, aku tak pernah karab dengan siapapun selain kamu?,” tanya Eragon
“benarkah?, kok gitu?,”
“sejak kecil, aku memang tidak pernah bergaul dengan anak-anak lain. Aku hidup dengan kesendirianku,”
“lalu?,”
“lalu kau mengenalmu, dan aku menemukan keramahan dalam dirimu. Walaupun aku cuek sama kamu, kamu tetap baik sama aku. Kau mengajarkan betatap berarti sahabat,”. Anisa termenung.
“Anisa, kamu mau kan tetap menjadi sahabtaku sampai kapanpun?,”. anisa mengangguk.
“Cie..cie..cie pacaran niye!!!,” meline, adik Eragon yang berusia 11 tahun tiba-tiba muncul di belakang mereka.
“Apaan sih kamu, ganggu aja,” Eragon kesal
“kakak , sama adikmu gak boleh gitu ih,, sini Mel main sama kakak yuk,”
“Ye.. kak Anisa belain Meline tuh , Weee” Meline menjulurkan lidahnya pada Eragon sambil berlari menarik tangan Anisa.
“ih, kamu ya,” Eragon hendak mengejar Meline namun Anisa menenangkannya.
***
Sore Hari, Bandung, 23 Mei 2006
“Kriiiiiing”, Dering telepon memecah kesunyian sore. Ibu Anisa mengangkat Telepon.
“Iya Hallo,”. Sambutnya
“Apa? Innalillahwainnailaihiraji’iun”
“Iya, iya, papa hati-hati ya dijalan!!,”.
“ada apa ma?,” tanya Anisa yang sejak dari tadi mengamati dari jauh.
“Ayahmu tidak pulang, papamu langsung pergi melayat ke Jakarta,”.
“Memangnya ada apa?,” Tanya Anisa Penasaran
“Om Tio sekeluarga mengalami kecelakaan maut,”
“Eragon?,”
“Eragon ikut beserta ayah ibunya, hanya Meline yang tinggal di rumah,”. Anisa berlari masuk ke kamar. Ia tak mampu menahan tangis.
Bersambung
Label:
Chibi's Story
Langganan:
Postingan (Atom)