Bahkan bintangpun takkan menggantikanmu
Ketika engkau pergi dan aku hanya sendiri
Tak pernah kulihat lagi Tuhan melukis pelangi
Dalam hidupku
Dan kini kau hadir
Setelah kuanggapo kau telah tiada
Mengapa?
Mengapa dulu kau menghilang,
Tinggalkan aku pilu sendiri
Eragon
Kurindu tatap matamu yang tajam itu
Anisa menyelesaikan bait terakhir puisinya dengan tangis yang meledak. Di saksikan ribuan bintang, ia sendiri.
***
“Kak Eragon udah baikan?,” Wenda memberikan senyum termanis yang ia punya. Eragon mengangguk. Ia mengalihkan pandangan.
“Kakak kok memalingkan muka gitu? Emangnya Wenda kenapa?,” tanya wenda. Eragon hanya menggelengkan kepalanya.
“Kakak, aku tahu kakak udah lama gak mau bicara, tapi Plis aku ingin dengar suara kakak,”. Sekali lagi Eragon hanya menjawab dengan gelengan. Wenda mendekati Eragon kemudian duduk di depan Eragon, ditatapnya mata Eragon dalam-dalam. Eragon mengalihkan pandangannya.
“Kakak, kakak enggak boleh kayak gini. Kita semua pernah dan akan merasakan kehilagan, tapi kehilangan itu tidak harus membuat kita menyiksa diri kita sendiri,”. Eragon tetap diam
“Percuma, sudah banyak orang yang membujuknya begitu!!!,” Jimzz tak sengaja melewati tempat Eragon dan Wenda.
“Kakak, banyak orang yang sayang sama kakak, banyak orang yang ingin kaka bicara, kakak mengecewakan mereka, kakak gak maukan mereka sedih kak. Mereka sayang sama kakak!!,” Wenda terus berusaha. Eragon beridi, ditatatapnya mata Wenda dalam-dalam.
“Kamu tahu apa? Kamu peduli apa?” teriak Eragon tepat di didepan wajah Wenda. Kali ini Wenda yang terdiam. Eragon kemudian meninggalkan Wenda, masuk ke kamar dan mebanting pintu kamarnya.
Wenda masih terdiam dengan air mata yang mengalir di pipinya.
“Aku sayang kakak,” ujarnya lirih. Betapa cinta telah bermekaran di hatinya.
***
Ketika malam datang
Aku hanya sendiri
Melihat bintang-bintang
Aku terdiam sepi
Ketika engkau pergi
Dunia terasa sunyi
Seolah tiada penghuni
Aku hanya sendiri
Setiap detik, setiap waktu yang kulalui
Dirimukan selalu dalam hatiku
Tuhan tolonglah jagakanlah hatinya
Agar dia tak berpaling untuk hati yang lain
Suara Eragon memecah mala yang sunyi. Berteman gitarnya Eragon sendiri di bawah siraman cahaya purnama. Di kejauhan Jimzz dan Denny sayup-sayup mendengar suaranya.
***
Siang itu, Anisa dan kawan-kawan tidak pulang bersama. Ada masalah dengan mobil VW yang biasa mereka pakai bersama sehingga harus di bawa ke bengkel. Sudah setengah jam anisa menunggu Taxi, namun tak satupun Taxi kosong yang ia temukan. Lelah menunggu akhirnya ia putuskan untuk naik bis. Lima belas menit Anisa sendiri di Halte hingga seorang pria berjacket hitam duduk di dekatnya. Pria itu mengenakan kacamata hitam serta menutup mulutnya dengan masker yang juga berwarna hitam. Anisa was was. Dua menit kemudian bis yang idtunggu datang, Anisa segera nik disusul Pria tersebut. Sial bagi Anisa, Pria itu duduk tepat disampingnya. Anisa mengalihkan pandangan ke luar Jendela berusaha menghilangkan perasaan takutnya.
Di depan Anisa seorang bapak separih baya asyik menghisap rokok. Abisa menutup hidungtnya, ia paling benci perokok. Makanya ia sanfat malas kalau harus naik bis. Pria disampingnya memperhatikan Anisa.
“Pak, tolong tidak merokok disini!!!!,” ujra Pria itu. si bapak takj peduli, dihisapnya rokoknya dalamp-dalam kemudian dihembskannya.
“Pak, tolong tidak merokok disini!!!,” pria itu kembali mengulang kalimatnya.
“kamukan pakai masker, gak masalah to!!!,” si bapak terus menghisap rokonya.
“iya, tapi di bis ini bukan hanya ada bapak dan saya. Lihat wanita ini yang harus menghirup asap rokok bapak,” pria itu menunjuk Anisa. Si bapak terdiam dan dengan kesal terpaksa mematikan rokoknya.
Ternyata pria itu turun di tempat yang sama dengan Anisa. Anisa tahu pria itu baik, ia sudah tidak khawatir.
“Terimakasih yah,”. Anisa memegang pundak pria itu, ia berusaha menyetop pria itu yang berjalan cepat di depannya. Pria itu menoleh dan menetap Anisa dalam. Jantung anisa berdegup kencang. Sang Pria kemudian mempercepat jalannya meninggalkan Anisa.
“siapa dia?,” anisa bertanya dalam hatinya.
***
“setai deti, setiap waktu yang kulalui, dirimukan selalu dalam hatiku!!!,” Anisa bernyanyi lirih.
“Cie cie cie,,, gak ada lagu lain Nis?, sejak kamu SMP naynyinya itu mulu!!!,” Dinda memeluk Anisa dari belakang
“Ih, si kakak ganggu aja,”
“Iya, tapikan gak baik kamu ingat Eragon mulu. Kamu harus buka hati kamu buat cowok yang mau deket ama kamu,”
“Kakak apaan sih!!!,”
“iya, anak semumur kamu tu mustinya udah punya cowok biar jam segini ada temen telponan, smasan biar gak termenung kayak patung gini!!!,”
“Anisa mau serius sekolah kakak!!!,”
“hmm. Bagus deh kalau gitu. Tapi harus mulai lihat kanan kiri, siapa tau ada yang cocok,”
“iya kakakku, kaka yang paling bawe senegeriku Indonesia,”
“juga tercantik sejagad raya,”
“ih pedenya,”
“biarin week,” Dinda menjulurkan lidahnya sseraya meninggalkan Anisa sendiri.
“Tuhan tolonglah jagakanlah hatinya, agar dia tak berpaling untuk hati yang lain,” Anisa meneruskan bait lagu yang dinanyikakknya. Sebuah lagu yang ditulis oleh Eragon bersama dengan dirinya dulu.
Sabtu, 03 September 2011
Langganan:
Postingan (Atom)